Wednesday, April 27, 2016

Berhijab Di Usia 29 Tahun

Jumat, 17 Juli 2015.

Tanggal itu menjadi salah satu tanggal paling bersejarah dalam hidup saya. Bagaimana tidak... tepat pada hari itu, di hari pertama Hari Raya Idul Fitri 1436H, saya memutuskan untuk ‘menutup diri’ saya dengan mulai menggunakan hijab.. Alhamdulillah... Akhirnyaaaa Cikaaaaa.... *tepuk tangan sendirian*

Banyak yang mengucapkan selamat, baik secara langsung maupun melalui media social, mereka pada umumnya memberikan komen pada foto yang baru saya upload, alhamdulillah komen diiringi dengan ucapan syukur dan doa agar saya senantiasa istiqomah. Insya Allah, amiinn.. Tidak sedikit pula dari mereka yang terkejut dengan keputusan saya, karena tahu benar bagaimana saya sebelumnya, berangkat kerja rapih dengan sackdress selutut dan blazer, tak ketinggalan high heels, dan rambut yang dicatok superrr rapihh lengkap dengan make up yang komplit dari primer sampai blush on. Maklum saya Marcomm :D Lalu jangan heran juga kalau ada yang kurang setuju dengan keputusan saya untuk memakai hijab, mungkin mereka itu begitu senangnya dengan penampilan duniawi saya itu. Miris sekali yah, he he

Saya tau saya sangat sangat sangat terlambat.. saya akui saya menyesal. Butuh waktu 17 tahun dari masa puber saya (ini yang menjadi penanda mulai diwajibkannya seorang wanita muslim untuk mulai mengenakan hijab - yaitu saat haid pertama saya di usia 12 tahun) hingga akhirnya saya memutuskan untuk ‘menutup’ diri saya di usia 30 tahun kurang satu bulan. Bayangkan, butuh waktu 17 tahun, luar biasa lamanya. Betapa besarnya dosa saya dimata Allah SWT. Astaghfirullah al adzim...

Sungguh saya menyesali keterlambatan itu, tetapi… di sisi lain, saya yakin Allah SWT Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, Maha Pemaaf kepada umat nya yang mau berupaya, berusaha keras untuk berubah dan belajar memperbaiki diri. Insya Allah.

Banyak teman-teman yang kemudian mengirimkan pesan via Line atau Whatsapp, menanyakan apa sebenarnya latar belakang perubahan ‘drastis’ saya. Terutama yang sudah mengenal saya sejak lama, banyak sekali yang kemudian bertanya kepada saya bagaimana saya memutuskan untuk berhijab, kapan ‘titik balik’ saya. Kemana Cika yang dulu, yang eksis dengan RAMBUT CATOKAN nya... Sebagian teman-teman lain yang mengirimkan pesan kepada saya adalah mereka-mereka yang sedang diambang kegalauan untuk YA atau TIDAK menggunakan hijab. Mereka butuh..... istilahnya.... masukkan dan sedikit tambahan inspirasi untuk meng-GOL-kan kegalauan mereka.

Oke, jadi begini... dapat saya katakan, sebagian besar keputusan saya untuk berhijab adalah dipengaruhi oleh suami saya. Ya, Muhammad Surya, lelaki kesayangan saya. he he..

Bukan, Anda salah kalau mengira suami saya menyuruh saya memakai hijab. Tidak.. tidak sama sekali. Dia hanya, mengingatkan. Bukan, bukan mengingatkan saya untuk segera memakai hijab, tetapi mengingatkan saya, bahwa ada kehidupan setelah mati, bahwa hidup di dunia ini hanya sesaat, bahwa kehidupan sesungguhnya adalah akhirat, bahwa apa yang kita lakukan di dunia ini kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat, bahwa apa yang kita kerjakan di  dunia ini adalah bekal kita di akhirat kelak, dan seterusnya.

Diskusi mengenai akhirat dan kehidupan setelah mati kemudian menjadi topik favorit kami di waktu luang, terutama saat sedang berdua di mobil, dalam perjalanan menuju kantor dan sepulang dari kantor menuju rumah. (Surya selalu mengantar dan menjemput saya saat sedang off dari lokasi, perjalan di mobil adalah ME TIME kita sebelum akhirnya sampai di rumah dan unyel2an dengan si Kakak.. waktu itu belum ada Khansa ^_^)

Dari diskusi ini, lama kelamaan saya semakin menemukan keindahan Islam.. bahwa SUBHANALLAH ternyata segala sesuatu nya sudah diatur dalam Al-Quran, bahwa untuk segala pertanyaan dan kegalauan temukanlah jawabannya dalam Al-Quran, bahwa sesungguhnya segala sesuatu nya akan kembali kepada-Nya. Dari situ saya tersadar, mengapa salah satu kewajiban yang UTAMA justru belum juga saya lakukan, yaitu menutup aurat saya. Betapa besarnya dosa saya selama ini mengumbar aurat saya.

Selain itu… ada satu hal lagi yang juga menambah keyakinan saya, yang selalu saya sampaikan kepada teman-teman yang bertanya, terutama mereka yang sudah menikah… yaitu detik ketika akad nikah kami selesai, ketika semua saksi menyatakan bahwa akad nikah kami adalah SAH dan diiringi ucapan alhamdulillah dari seluruh keluarga, disitulah tanggung jawab atas diri saya telah berpindah dari kedua orang tua saya kepada suami saya. Ya, saya pernah mendengar, sering mendengar lebih tepatnya, bahwa dosa seorang istri itu ditanggung suaminya. Pengertiannya seperti ini.. dosa suami kita akan bertambah apabila ia lalai mengingatkan istri nya untuk berbuat kebaikan sesuai dengan syariat-Nya, salah satunya adalah kewajiban berhijab bagi setiap perempuan yang sudah baligh. Bertambah-tambah lah dosanya apabila ia tidak mengingatkan sang istri untuk menutup auratnya dan apabila ia menikmati dan terlebih lagi berbangga diri ketika aurat istrinya dipertontonkan kepada orang lain selain dia. Wallahu a'lam.

Atas dasar cinta dan sayang saya kepada suami saya, dan tak ingin dosa nya bertambah-tambah karena lalai untuk terus mengingatkan istrinya berbuat kebaikan. Maka saya berharap keputusan saya untuk berhijab, akan membantu mengurangi dosa nya. Dan kelak, saya berharap, kami berdua akan dipertemukan dan disatukan kembali dalam surga nya. Amin, amin, amiin… ya rabbal alamiin…

Lalu alasan lainnya, seringkali saya berkata saya ingin anak saya menjadi anak yang solehah.. Dari sebelum dia lahir ke dunia saya berdoa ingin punya anak yang solehah, tiap habis sholat saya berdoa agar Aqila menjadi anak yang solehah, tiap ulang tahun saya berdoa agar Aqila menjadi anak yang solehah. Lha, lalu si anak ini memangnya contohnya siapa? Tetangganya? nggak mungkin kan.. contoh dan idol dia kelak kan insya Allah pasti saya.. *ehem* nah, ini gimana anaknya mau solehah kalo ibu nya aja kemana-mana masih pakai dress selutut, dada masih kebuka-buka.. definisi solehah itu lalu apa? bukan hanya sekedar hafal surat-surat kan, tetapi juga baik budi pekertinya, sopan perilaku nya, sopan berpakaiannya. Jadi intinya, saya ngebut, sebelum Aqila kadung udah gede dan bertanya-tanya "kenapa emak gue kayak begini modelnya??" lebih baik saya bergegas mempersiapkan diri secepat mungkin, he he Jadilah seorang wanita yang sebagaimana Anda ingin anak Anda jadi nantinya, karena buah jatuh tak jauh dari pohon nya.

Sebagai tambahan, kebanyakan orang berkata "saya belum siap (menjadi orang baik) dan menggunakan hijab, nanti ya kalau saya sudah siap." Dulu saya termasuk golongan orang-orang itu.. itu juga jawaban saya apabila ada yang bertanya kapan saya akan berhijab. Duilee Ciikk.. nunggu siap kapan siapnyaaa?? Tetapi setelah menjalani nya, saya tau bahwa ungkapan itu salah besar. Berhijablah teman, maka kamu akan menjadi orang yang lebih baik karena jilbab adalah reminder yang luar biasa, kemanapun kamu melangkah.

Saya memiliki seorang sahabat sejak kecil, sudah seperti saudara kandung saya sendiri, namanya Citra, yang kemudian saya panggil Kakak karena usianya yang lebih tua dari saya beberapa bulan. Sedari kecil kita selalu bersama, gede sama-sama, main sama-sama, walaupun pada akhirnya kita tidak selalu bisa terus bersama karena Kakak pada akhirnya masuk sekolah lebih dulu daripada saya. Tahun lalu, di bulan puasa, sebelum saya pakai hijab, saya lihat di profile picture BBM dan di Facebook foto Kakak yang tiba-tiba mengenakan hijab. Saya ikut terkejut juga waktu itu, agak kaget karena nggak nyangka juga Kakak pakai hijab sebagaimana orang nggak nyangka saya pakai hijab. Kakak juga lah salah satu orang yang kemudian menginspirasi saya untuk segera menyusul dia. Dalam hati saya, Kakak bisa berubah, kenapa saya tidak? Alhamdulillah sekarang kami sama-sama sudah berhijab. 




Tulisan ini saya buat hanya bertujuan untuk berbagi cerita, karena banyak yang bertanya mengenai keputusan saya. Mohon maaf untuk kekurangannya, saya hanyalah manusia biasa. Jauh dari kesempurnaan. Saya juga masih banyak belajar. Memakai hijab pun, belum sempurna. Saya hanya berharap tulisan ini dapat menginspirasi teman-teman muslimah saya yang belum berhijab, untuk mari kita bersama-sama belajar dan mempersiapkan kehidupan setelah mati kita. Ingat bahwa dunia hanya sesaat, tetapi akhirat itu, SELAMANYA….

---------

Kamu seorang muslim? Iya saya muslimah.
Kamu percaya ada kehidupan setelah mati? Iya saya percaya.
Kamu percaya tentang akhirat? Iya saya percaya.
Kamu percaya ada surga dan neraka? Iya saya percaya.
Lalu kenapa kamu belum juga mempersiapkannya? Apa tidak ingin masuk surga?

Thursday, April 7, 2016

Khansa


Alhamdulillah... Telah lahir putri kedua kami pada hari Kamis, tanggal 24 Maret 2016, di rumah sakit Pondok Indah Jakarta dengan berat badan 3,250 gram dan panjang 48 centimeter melalui proses kelahiran normal. Bayi mungil itu kemudian kami beri nama Khansa. Berikut kisahnya......

Setelah melalui proses kehamilan yang panjang, dan cuti melahirkan yang terpakai tiga minggu di rumah, pada tanggal 23 Maret, di usia kehamilan 39 minggu 2 hari, saya  dan  suami memutuskan untuk menanyakan kepada dokter Aswin mengenai kemungkinan untuk bayi dilahirkan melalui proses induksi. Dokter Aswin mejawab, kondisi Ibu dan bayi saat itu bagus, umur kehamilan sudah cukup, berat badan bayi juga sudah cukup 9prediksi diatas tiga kilogram), tetapi saya memang belum merasakan kontraksi sama sekali. Dokter Aswin menambahkan, segala sesuatu yang tidak natural memang ada resiko nya, tetapi bisa kita coba untuk lakukan proses induksi karena semua kondisi bagus, Ibu nya sehat, bayi sehat, tensi Ibu  bagus, detak jantung bayi bagus, alhamdulillah semua bagus saat itu.

Jadilah hari Kamis subuh pukul lima pagi setelah sholat subuh, saya dan suami bertolak menuju Rumah Sakit Pondok Indah, saya pun masuk di Delivery Suite Room, karena ingin semua proses berjalan lebih nyaman. Induksi pertama dengan dosis 1/8 dilakukan pada pukul 7 pagi setelah sebelumnya dilakukan pemantauan detak jantung bayi dengan CTG. Setelah induksi pertama masuk, saya belum merasakan tanda apa-apa hingga pukul 1 siang. Detak jantung bayi pun kembali dipantau dengan CTG. Pukul 2 siang, induksi kedua pun dilakukan dengan dosis 1/4. Masih belum juga terasa apa-apa hingga saya mulai melakukan posisi jongkok di ruangan bersalin. Sekitar pukul 4 sore saya mulai merasakan kontraksi ringan selama kurang lebih 30 - 60 detik dengan jeda antar kontraksi selama 1,5 menit. sekitar pukul 5 sore, kontraksi mulai terasa semakin kuat tetapi saya masih bisa berjalan-jalan di ruang bersalin. Masuk pukul 6 sore kontraksi sudah semakin kuat, hingga akhirnya pukul setengah 8, suster mulai mempersiapkan alat-alat medis untuk proses persalinan. Tepat pukul 20:27 setelah sekitar empat kali mengejan, lahirlah Khansa dan langsung melalui proses IMD setelah sebelumnya diperdengarkan lantunan adzan oleh Ayah nya tercinta.

Alhamdulillah ya Allah... Semoga Khansa tumbuh menjadi anak yang solehah, cerdas, patuh kepada kedua orang tuanya, senantiasa membawa manfaat dan kebahagiaan untuk orang-orang di sekitarnya serta berguna bagi agama, bangsa, negara dan DUNIA. Amiiin yra...

Dari yang berbahagia,
Surya & Cika 

Isu Yang Meresahkan

  Isu Kemanusiaan Bikin Baper   Siswi SMP dipergoki sedang menerima panggilan pria hidung belang. Seorang anak tega membunuh ibunya ka...