Isu Kemanusiaan Bikin Baper
Siswi SMP dipergoki sedang menerima
panggilan pria hidung belang.
Seorang anak tega membunuh ibunya
karena tidak dibelikan motor.
Skor literasi Indonesia termasuk
peringkat 10 terbawah di dunia.
Tawuran antar pelajar menewaskan
tiga orang siswa.
Dari begitu banyaknya berita yang
beredar di kalangan masyarakat Indonesia, baik itu berita di media cetak,
maupun elektronik, beberapa isu diatas begitu meresahkan hati saya. Bagaimana
tidak, semua berita itu memiliki satu benang merah, memiliki sebuah kesamaan,
yaitu berhubungan dengan anak-anak di usia sekolah.
Kalau saya boleh sedikit flashback
ke masa kecil saya dulu, rasa-rasanya hidup saya pada masa itu hanyalah seputaran
sekolah, belajar, mengerjakan pe-er, mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, dan
sesekali mengikuti lomba/ kompetisi di luar sekolah. Selain daripada itu, pergi
bermain, berkumpul bersama teman-teman, bermain sepeda, atau pergi berenang.
Tak pernah sedikitpun terpikir oleh saya untuk ikut dalam tawuran, apalagi
sampai menerima panggilan dan atau berpikir untuk membunuh ibu kandung sendiri.
Naudzubillahi min dzalik. Sungguh mengerikan.
Tapi kemudian saya sadar, tidak
semua anak memiliki kesempatan yang sama. Tidak semua anak melewati masa
sekolah yang indah dan mulus tanpa masalah. Lalu apa penyebab dari semua hal
yang saya sebutkan diatas. Saya pribadi memiliki beberapa opini terkait dengan
maraknya kejadian ini.
1. Faktor Ekonomi
Dari sebagian besar kasus tersebut, akar permasalahan utamanya adalah faktor ekonomi atau dengan kata lain, kurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Mengapa dapat saya katakan seperti ini? Karena dalam kondisi yang terdesak, dalam jangka waktu yang lama, sebagai korban dari kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh kedua orangtuanya, anak-anak ini tidak dapat berpikir jernih dan kemudian melakukan berbagai cara sebagai jalan pintas dari permasalahannya. Selain itu, karena ekonomi yang rendah, kedua orang tua terpaksa harus bekerja keras siang dan malam, sehingga anak-anak tumbuh tanpa pengawasan yang baik dari kedua orangtuanya.
2. Rendahnya Pendidikan Ilmu Agama
Bayangkan, bagaimana indahnya
dunia ini, jika semua orang, berpegang teguh pada yang halal dan menjauhi yang haram.
Mungkin tidak akan ada catatan kriminal di setiap negara. Mungkin dunia ini akan
aman, damai dan tenteram. Sayangnya sebagian dari masyarakat tidak menerima pendidikan
ilmu agama yang baik, sehingga perbuatan-perbuatan yang buruk masih kerap
terjadi di masyarakat kita. Bahkan, di era yang serba canggih ini, sebagian orang
yang taat pada agama dianggap kolot, ketinggalan jaman, kaku dan bahkan, maaf,
radikal.
3. Kurangnya Akses Pada
Pendidikan Yang Berkualitas
Mengapa saya bisa berpendapat
seperti ini? Karena dengan pendidikan yang baik, maka logika berpikir manusia
juga akan lebih baik. Manusia cenderung akan lebih bisa berpikir kritis, menimbang
baik dan buruk. Selain itu, kesibukan akan kegiatan sekolah baik kegiatan utama
yaitu belajar maupun kegiatan tambahan seperti ekstra kurikuler akan membantu
mengisi waktu anak-anak dengan hal-hal yang positif.
4. Tenaga Pengajar Yang Professional
Masih berhubungan juga dengan
tulisan di minggu sebelumnya, tentang bagaimana seorang guru honorer bisa
dibayar begitu kecil dengan tenggat pembayaran yang terkadang tidak rutin. Tere
Liye pernah membahasnya pula, bagaimana di negeri ini, lulusan-lulusan
universitas terbaik cenderung tidak tertarik untuk menjadi guru atau tenaga
pengajar. Sedangkan diluar negeri, banyak dari lulusan universitas ternama yang
kemudian mendaftarkan diri mejadi guru. Hal ini dikarenakan, standar gaji tenaga
pengajar yang cenderung lebih kecil dibandingkan bekerja di bisang swasta.
Apabila, pemerintah lebih
memperhatikan kesejahteraan para guru, meningkatkan standar gaji dan benefit
yang didapatkan, bukan tidak mungkin negeri kita bisa mendapat tenaga pengajar
profesional dari kampus-kampus ternama. Dengan harapan, para pengajar ini akan
meningkatkan taraf Pendidikan anak bangsa, sehingga menjadi generasi yang lebih
cerdas, lebih berkualitas dan berdaya guna. Menjauhkan mereka dari hal-hal yang
tidak bermanfaat.