Sunday, January 17, 2021

Sum Up My 2020

Kata orang, waktu cepat berlalu. Benar begitu ya? Tadi pagi suamiku bilang, "Nggak kerasa ya udah pertengahan Januari aja.." aku jawab, "Eh iya juga ya bener, cepet banget ya.." Langsung otomatis liat kalender di hengpon, udah tanggal 17 aja. Jadi keinget pengen nulis rangkuman 2020 ku di blog, belom kesampean juga.

Eh pas banget malem ini anak-anak udah pada bobok, pak suami lagi asik nonton bola, diluar hujan, suara hujan enak banget, syahdu banget... Allahumma Shoyyiban Nafi'an. Turunkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat. Aamiin.. Bismillah, here goes my 2020 in one page.

Januari. Alhamdulillah, kami sekeluarga mendapatkan rezeki dan kesempatan untuk berkunjung ke tanah suci Mekkah. Sebetulnya hal ini sudah menjadi keinginan saya dan suami sejak lama, mungkin sejak tahun 2017-an. Alhamdulillah dua tahun kemudian hal itu baru dapat kami wujudkan. Di bulan Oktober 2019, kami memutuskan untuk mendaftar umroh bersama Uhud Tour di keberangkatan Januari 2020. Perjalanannya via Dubai dengan pesawat Emirates, transit half day di Dubai kemudian lanjut terbang ke Madinah. Madinah dingin sekali waktu itu, suhunya bisa mencapai enam derajat celcius saat waktu subuh. Sebuah pengalaman yang sungguh berbeda dengan perjalanan umrohku sebelumnya di tahun 2012 (sebelum menikah).
Perjalanan umroh kali ini tentunya sangat berbeda dengan umroh sebelumnya disaat aku masih 'single'. Umroh kali ini, kami membawa Aqila 6,5 tahun, Khansa 3,5 tahun dan Zubair 11 weeks didalam kandunganku. Masya Allah. Semua kami persiapkan dengan begitu maksimal. Alhamdulillah semua berjalan lancar sampai kembali ke tanah air. Terkecuali aku yang sempat tidak bisa masuk ke kota Dubai karena VISA ku ditolak dan berakhir dengan kami menghabiskan waktu di airport disaat rombongan lain sedang city tour Dubai. (i dont know why, sampai sekarang masih menjadi misteri).

Februari. Rasa-rasanya tidak ada yang special di bulan Februari. Hari-hariku diisi dengan mengantar dan menjemput anak sekolah. Belanja ke pasar dan supermarket. Nungguin Aqila ekskul. Jualan Pempek Khaira. Rapat ISTIYA. Repeat. Sampai disini belum terpikirkan bahwa di bulan depannya akan terjadi sesuatu hal yang mengubah dunia dan seisinya, yaitu Pandemi Corona.

Maret. Bulan ini tentunya menjadi bulan yang tak terlupakan di tahun 2020. Karena di bulan inilah pertama kalinya kasus covid 19 di Indonesia resmi diumumkan. Hari ke hari mulai terjadi keresahan di masyarakat yang membuat sekolah-sekolah mulai ditutup, siswa siswi dirumahkan dan kantor-kantor mulai menerapkan kebijakan bekerja di rumah (WFH). Mulai bulan inilah perjuangan semua rakyat Indonesia dimulai. Berdiam diri dirumah terus menerus tentu bukan hal yang mudah dilakukan. Belanja via online, sekolah via online, les via online, berobat via online dan lain sebagainya.

April. Kandunganku memasuki usia ke lima bulan. Bukan hal yang mudah pastinya hamil di masa pandemi ini, some of you might feel it too. Biasanya kalau hamil, aku selalu rutin periksa ke dokter sebulan sekali untuk USG. Tapi hamil kali ini berbeda, periksa hanya apabila diperlukan saja. Menghindari terpapar virus Corona di lingkungan rumah sakit. Kelelahan pun memuncak disaat sedang hamil, mengurus dan menghandle anak-anak sendiri disaat suami bekerja di luar kota dan tidak bisa pulang ke Jakarta dikarenakan adanya kebijakan penutupan total semua bandara. Pada akhirnya aku menyerah, memboyong anak-anak untuk tinggal di rumah mama. Disana ada banyak keponakan yang bisa membantu menemani anak-anak disaat aku sedang kelelahan. Suami pun lebih tenang bekerja disana, mengingat kami berada di rumah orang tua. Di bulan ini juga pertama kali kami merasakan ibadah Ramadan full di rumah.

Mei. Untuk pertama kalinya dalam hidup ini. Kami sholat Ied dirumah (Mama). Lengkap dengan khotbahnya. Semuanya alhamdulillah dipimpin oleh suami, dengan tidak mengurangi kekhidmatan dan indahnya suasana Lebaran. Bahkan mungkin Lebaran kali ini terasa lebih haru. Mengingat sudah dua bulan kita melewati pandemi corona tanpa kepastian kapan akan berakhirnya. Ucapan syukur tak henti-hentinya kami ucapkan mengingat begitu banyaknya hikmah dibalik pandemi ini.

Juni. Pada bulan ini, suami dipindah tugaskan ke kota Rumbai. Tak lagi menjadi rotator 14 hari - 14 hari, tetapi statusnya berubah menjadi full time office employee di Rumbai. Kaget juga. Selama ini, suami bekerja 14 hari di lapangan dan pulang ke Jakarta untuk berlibur selama 14 hari. Begitu terus sejak tahun 2014. Tapi dengan posisi yang baru, dia tidak berhak lagi mendapat waktu off selama 14 hari. Hanya mendapat cuti tahunan seperti pegawai pada umumnya. Disini juga, kami memutuskan untuk segera ikut pindah ke Rumbai karena rasanya sudah cukup lama kami hidup terpisah-pisah. Sebuah keputusan besar yang kami harapkan membawa hikmah yang baik kedepannya.

Juli. Kami harus cukup bersabar dengan kondisi dimana kami belum bisa menyusul pindah ke Rumbai. Satu, kondisi masih pandemi. Penerbangan menjadi tak menentu dan somehow menakutkan. Kedua, kehamilan saya sudah sangat besar, sehingga kami memutuskan untuk pindah beberapa saat setelah melahirkan. Tetapi beberapa persiapan pindahan sudah mulai dicicil. Suami masih bolak balik Rumbai Jakarta.

Agustus. Bulan ini menjadi bulan yang paling membahagiakan sekaligus paling mengharukan bagi kami. Pada tanggal 27 Agustus 2020, Zubair lahir melalui proses normal dengan berat badan 3,9 kilogram. Bahagia tak terkira karena pada akhirnya kami memiliki anak laki-laki, rasanya lengkap sudah dan begitu bahagianya karena beribu doa yang dipanjatkan di tanah suci untuk mendapatkan kesempatan memiliki anak laki-laki akhirnya terwujud juga. Tapi Allah Maha Adil, Allah Maha Baik, ditengah kebahagiaan kami menyambut Zubair, kami dihadapkan dengan kenyataan bahwa hasil PCR test saya menyatakan saya positive covid. Persis di hari kelahirannya, hanya beberapa jam setelah dilahirkan, Zubair harus dipisahkan dengan saya. Rasanya? Tak sanggup lagi saya menceritakannya. Alhamdulillah, Allah Maha Baik dengan semua rencana-Nya. Setelah 10 hari berpisah dengan Zubair, hasil swab test saya menunjukkan hasil negative dan saya dapat kembali berkumpul dengan Zubair dan kembali dapat menyusui secara langsung. Alhamdulillah.

September. Genap 35 tahun. Rasanya nggak percaya sudah masuk kategori "menjelang usia 40 tahun". Tua juga ya.. Anti agingnya Kakaakkk... :D

Desember. Bulan yang ditunggu-tunggu pun tiba. Persis di tanggal 15 Desember 2020, kami sekeluarga berangkat menuju Rumbai. Perpisahan dengan keluarga (terutama Bapak dan Ibu) terasa begitu berat dan penuh dengan air mata. Aku hanya bisa mendoakan dari jauh, semoga keluarga di Jakarta senantiasa diberikan kesehatan, dilindungi dari segala marabahaya. Diberikan ketabahan, kesabaran dalam menjalani hari-hari di masa pandemi ini. Allah Maha Baik. Allah Maha Baik. Allah Maha Baik.

Dear 2021, please be good...


No comments:

Post a Comment

Isu Yang Meresahkan

  Isu Kemanusiaan Bikin Baper   Siswi SMP dipergoki sedang menerima panggilan pria hidung belang. Seorang anak tega membunuh ibunya ka...