Thursday, July 17, 2025

Tantangan Ultah Magata: A Day In My Life!

Assalammualaikum.

Hari ini, saya akan mencoba membuat sebuah tulisan singkat dengan tema "A Day In My Life" dalam rangka ulang tahun komunitas Mamah Gajah Bercerita.

Dikarenakan sehari-harinya kegiatan kita itu tidak akan pernah benar-benar sama, maka saya akan menuliskan satu hari kegiatan saya kemarin yaitu pada hari Rabu, tanggal 16 Juli 2025 dan saya akan menceritakannya seolah-olah saya bercerita kemarin malam. He he.

Mari kita mulai.

Hari ini saya bangun pagi seperti biasa pada pukul 05.00 pagi dan langsung melaksanakan sholat subuh. Setelah itu, saya berganti pakaian olahraga dan bersiap untuk jalan pagi. Sebelum jalan pagi, saya membangunkan anak-anak untuk sholat subuh.

Sebelum matahari mulai terik, saya mulai berjalan kaki perlahan-lahan mengelilingi komplek perumahaan Ibu saya. Komplek Ibu saya berada di daerah Tangerang dan komplek ini didominasi oleh warga Indo-Chinese, sehingga saat jalan pagi, saya seringkali berpapasan dengan warga komplek yang ramah dan kami akan saling menyapa saat berpapasan. "Pagi Koh... Pagi Ci...", begitulah saya menyapa mereka. Kebanyakan dari mereka sudah berumur cukup lanjut tetapi masih sangat sehat dan berjalan dengan sangat gagah dan lincah. Saya perhatikan, tidak ada satu hari pun terlewat tanpa mereka berolahraga dan jalan pagi, sungguh menginspirasi saya untuk bersemangat hidup sehat untuk persiapan di masa tua.


(Bunga-bunga yang cantik di komplek rumah Nenek.)

Selesai berolahraga, saya lalu membuat kopi dan sarapan satu buah telur rebus dan pepaya potong. Setelah itu saya bersiap-siap, mandi dan berpakaian. Hari ini saya berencana untuk mengunjungi sekolah Al-Wildan 1, Gading Serpong bersama kakak saya, juga dua anak saya, Khansa dan Zubair.


(Sarapan pagi yang sehat sebelum makan siang yang berat)

Sekitar pukul 09.30 kami berangkat menuju sekolah Al-Wildan 1 melalui tol Jakarta-Merak dan keluar di exit Legok menuju area Gading Serpong. Sekolah Al-Wildan cukup mudah dijumpai dengan mengikuti arahan dari Google Map. Dan saya baru tahu bahwa area Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan SMA Al-Wildan 1 itu terpisah dari area Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) nya dan lokasi pertama yang kita tuju adalah unit SMP nya. Sesampainya di SMP Al-Wildan 1, kami bertemu dengan Ustadzah Riska dan mengobrol di ruangan bagian depan. Kami juga berkesempatan untuk melihat-lihat situasi di dalam salah satu kelas.


(Suasana di ruang kelas 1 SMP Al-Wildan 1)

Setelah selesai di SMP, kami menuju TK dan SD yang berlokasi tidak terlalu jauh dari SMP nya. Saat itu suasana disana sangat ramai karena hari ini adalah Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) hari pertama. Terlihat banyak sekali anak-anak soleh dan solehah yang diantarkan oleh orang tuanya. Sesuai arahan dari Ustadzah Riska, kami langsung menemui Ustad Adi di unit SD untuk mengobrol. Setelah mengobrol cukup lama dengan Ustad Adi, kami pun diajak berkeliling melihat suasana ruang kelas SD dan TK. Kami juga sempat berkenalan dengan beberapa ustad dan ustadzah pengajar SD dan TK.


(Suasana sekolah di TK dan SD Al-Wildan 1)

Alhamdulillah, urusan kami hari ini di sekolah Al-Wildan 1 sudah selesai, kami langsung menuju Summarecon Mal Serpong untuk makan siang. Khansa dan Zubair memilih makan siang AW, sedangkan saya dan Kakak saya memilih untuk makan siang di Es Teler 77. Setelah makan siang, kami sempat berjalan-jalan keliling mal. Saya menuju toko Watch Care untuk memasukkan jam tangan saya yang rusak untuk diperbaiki. Dari Watch Care, kami menuju toko roti Tous Les Jours untuk berbelanja roti. Setelah itu, kami sempat mampir ke toko mainan untuk menemani Zubair melihat-lihat mainan.

Setelah itu, kami pun bergegas pulang karena sore hari ini adalah jadwal kakak Aqila untuk kontrol kakinya pasca operasi bulan Mei yang lalu. Saat masuk tol Jakarta-Merak, Surya menelepon dan mengabari bahwa sore ini dokter Raden Suhartono ternyata batal praktek. Jadilah kami mengubah arah, keluar di exit Serpong menuju Bintaro, karena sebetulnya masih ada satu sekolah lagi yang ingin kami survey yaitu sekolah Abu Dzar. Tetapi setibanya di Bintaro, kami sempat menepi dan melihat keterangan di Google bahwa sekolah tersebut tutup pukul 14:30 sementara saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 14:15. Kami pun mengurungkan niat kami untuk mengunjungi Abu Dzar, karena waktu sudah sangat mepet. Kami pun memutuskan untuk kembali masuk tol dan kembali ke rumah Nenek.

Sesampainya di rumah Nenek, rasanya lelah sekali. Sungguh perjalanan di Jakarta begitu menguras tenaga. Sangat berbeda dengan kehidupan di Rumbai dan Pekanbaru yang kemana-mana hanya perlu ditempuh dalam waktu lima, sepuluh, lima belas bahkan paling lama tiga puluh menit saja. Sesampainya di rumah saya pun mandi dan beristirahat sebentar.

Setelah maghrib, saya turun ke bawah untuk berkumpul bersama keluarga. Kami makan malam bersama dengan menu rendang yang dikirim langsung oleh kerabat kami di Medan. Rendang autentik dengan bumbu yang hitam adalah favorit saya. Sekitar jam sembilan rasanya tubuh sudah ingin berbaring saja, mata mulai mengantuk dan saya bolak balik menguap. Kami pun naik keatas dan sholat isya, kemudian tidur. Tak lupa, sebelum tidur saya mengirimkan pesan kepada Mbak Pijat langganan saya, "Mbak Atik, kita pijat ya besok pagi.".

Dan saya pun terlelap.

Tuesday, February 18, 2025

Tantangan Mini Magata : Kutipan Favorit


(Picture taken from https://liderazgo.uno/blog/peter-drucker/)

Minggu ini, saya mengikuti Tantangan (Menulis) Mini dari komunitas saya, Mamah Gajah Bercerita. Tema tantangan kali ini adalah menulis ayat atau kutipan favorit. Saya memilih kutipan favorit karena begitu membaca tema, saya langsung teringat akan sebuah kutipan atau quote favorit saya sepanjang masa dari seorang tokoh ternama yaitu Peter Drucker. Kutipan tersebut berbunyi sebagai berikut :

 

“Knowledge has to be improved, challenged, and increased constantly, or it vanishes.”

― Peter Drucker

 

Mengapa saya begitu menyukai kutipan tersebut, karena kalimatnya yang menurut saya sangat powerful. Kilas balik pada masa muda saya dulu, di usia awal 20-an, saya adalah seorang yang begitu ambisius, bersemangat, enerjik, optimis, positif, haus akan hal-hal baru, haus akan ilmu-ilmu baru. Saya sangat gemar membaca dan saya membaca berbagai macam buku. Saya senang belajar dan mempelajari hal baru. Selepas lulus dari kuliah S1, tak perlu waktu lama, saya memutuskan untuk melanjutkan studi S2 saya, mengambil kelas malam, sehingga saya masih tetap bisa bekerja di pagi harinya. Pagi hari mencari uang, malam hari belajar menuntut ilmu, begitulah keseharian saya di masa muda dulu. Seperti tak mengenal lelah, dari subuh sampai larut malam.

Sehingga kali pertama saya menemui kutipan dari seorang Peter Drucker ini, saya merasa sangat relate sekali. Rasa-rasanya hidup ini adalah belajar tanpa henti. Setiap hari, selalu ada hal yang bisa kita pelajari. Di setiap tahapan usia, selalu ada hal baru yang harus kita pelajari lagi. Ada hal-hal yang telah kita miliki namun harus terus kita kembangkan lagi. Seperti contohnya ilmu komunikasi. Tentu di usia 20-an, kepiawaian berkomunikasi saya akan berbeda dengan saya di usia 30-an dan bahkan di usia saat ini menjelang usia 40. Akan ada perubahan, akan ada perkembangan, akan ada penyesuaian, dan itu adalah hasil dari belajar.

Di usia menjelang 40 ini, saya mungkin bukan sepenuhnya saya yang dulu lagi. Mungkin sudah tidak seambisius dulu, mungkin sudah tidak seenerjik dulu, tetapi keinginan untuk terus mengembangkan diri masih terpatri dalam diri saya. Tentunya dalam porsi yang berbeda. Kini saya adalah istri dan juga ibu. Menjadi istri dan ibu bukan tanpa ilmu. Setiap tahapan usia anak selalu ada hal baru yang harus saya pelajari lagi, selalu ada kepiawaian sebagai ibu yang harus saya kembangkan. Kemampuan berkomunikasi dengan anak, balita, remaja. Kemampuan bernegosiasi dengan anak balita, remaja. Semua akan lebih mudah apabila kita mempelajarinya. Sehingga sampai kapan, kutipan dari Peter Drucker ini akan terus terpatri di dalam hati saya.

 

 


Wednesday, June 12, 2024

Isu Yang Meresahkan

 Isu Kemanusiaan Bikin Baper

 

Siswi SMP dipergoki sedang menerima panggilan pria hidung belang.

Seorang anak tega membunuh ibunya karena tidak dibelikan motor.

Skor literasi Indonesia termasuk peringkat 10 terbawah di dunia.

Tawuran antar pelajar menewaskan tiga orang siswa.

Dari begitu banyaknya berita yang beredar di kalangan masyarakat Indonesia, baik itu berita di media cetak, maupun elektronik, beberapa isu diatas begitu meresahkan hati saya. Bagaimana tidak, semua berita itu memiliki satu benang merah, memiliki sebuah kesamaan, yaitu berhubungan dengan anak-anak di usia sekolah.

Kalau saya boleh sedikit flashback ke masa kecil saya dulu, rasa-rasanya hidup saya pada masa itu hanyalah seputaran sekolah, belajar, mengerjakan pe-er, mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, dan sesekali mengikuti lomba/ kompetisi di luar sekolah. Selain daripada itu, pergi bermain, berkumpul bersama teman-teman, bermain sepeda, atau pergi berenang. Tak pernah sedikitpun terpikir oleh saya untuk ikut dalam tawuran, apalagi sampai menerima panggilan dan atau berpikir untuk membunuh ibu kandung sendiri. Naudzubillahi min dzalik. Sungguh mengerikan.

Tapi kemudian saya sadar, tidak semua anak memiliki kesempatan yang sama. Tidak semua anak melewati masa sekolah yang indah dan mulus tanpa masalah. Lalu apa penyebab dari semua hal yang saya sebutkan diatas. Saya pribadi memiliki beberapa opini terkait dengan maraknya kejadian ini.

1. Faktor Ekonomi

Dari sebagian besar kasus tersebut, akar permasalahan utamanya adalah faktor ekonomi atau dengan kata lain, kurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Mengapa dapat saya katakan seperti ini? Karena dalam kondisi yang terdesak, dalam jangka waktu yang lama, sebagai korban dari kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh kedua orangtuanya, anak-anak ini tidak dapat berpikir jernih dan kemudian melakukan berbagai cara sebagai jalan pintas dari permasalahannya. Selain itu, karena ekonomi yang rendah, kedua orang tua terpaksa harus bekerja keras siang dan malam, sehingga anak-anak tumbuh tanpa pengawasan yang baik dari kedua orangtuanya.

2. Rendahnya Pendidikan Ilmu Agama

Bayangkan, bagaimana indahnya dunia ini, jika semua orang, berpegang teguh pada yang halal dan menjauhi yang haram. Mungkin tidak akan ada catatan kriminal di setiap negara. Mungkin dunia ini akan aman, damai dan tenteram. Sayangnya sebagian dari masyarakat tidak menerima pendidikan ilmu agama yang baik, sehingga perbuatan-perbuatan yang buruk masih kerap terjadi di masyarakat kita. Bahkan, di era yang serba canggih ini, sebagian orang yang taat pada agama dianggap kolot, ketinggalan jaman, kaku dan bahkan, maaf, radikal.

3. Kurangnya Akses Pada Pendidikan Yang Berkualitas

Mengapa saya bisa berpendapat seperti ini? Karena dengan pendidikan yang baik, maka logika berpikir manusia juga akan lebih baik. Manusia cenderung akan lebih bisa berpikir kritis, menimbang baik dan buruk. Selain itu, kesibukan akan kegiatan sekolah baik kegiatan utama yaitu belajar maupun kegiatan tambahan seperti ekstra kurikuler akan membantu mengisi waktu anak-anak dengan hal-hal yang positif.

4. Tenaga Pengajar Yang Professional

Masih berhubungan juga dengan tulisan di minggu sebelumnya, tentang bagaimana seorang guru honorer bisa dibayar begitu kecil dengan tenggat pembayaran yang terkadang tidak rutin. Tere Liye pernah membahasnya pula, bagaimana di negeri ini, lulusan-lulusan universitas terbaik cenderung tidak tertarik untuk menjadi guru atau tenaga pengajar. Sedangkan diluar negeri, banyak dari lulusan universitas ternama yang kemudian mendaftarkan diri mejadi guru. Hal ini dikarenakan, standar gaji tenaga pengajar yang cenderung lebih kecil dibandingkan bekerja di bisang swasta.

Apabila, pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan para guru, meningkatkan standar gaji dan benefit yang didapatkan, bukan tidak mungkin negeri kita bisa mendapat tenaga pengajar profesional dari kampus-kampus ternama. Dengan harapan, para pengajar ini akan meningkatkan taraf Pendidikan anak bangsa, sehingga menjadi generasi yang lebih cerdas, lebih berkualitas dan berdaya guna. Menjauhkan mereka dari hal-hal yang tidak bermanfaat.

Thursday, June 6, 2024

Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Kita jadi bisa menulis dan membaca karena siapa
Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu dari siapa
Kita jadi pintar dibimbing pak guru
Kita bisa pandai dibimbing bu guru
Gurulah pelita penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara

Foto dokumen pribadi perayaan Hari Guru di SDIT Al Ittihad Pekanbaru.

Pekan lalu, Ibuku baru saja pulang dari kota Medan. Beliau kesana dalam rangka mengunjungi adiknya yang akan berangkat haji tahun ini. Seperti biasa, sesampainya di rumah, sambil menikmati oleh-oleh khas kota Medan, kami pun berdiskusi tentang kabar seluruh keluarga disana. Dan saat itulah Ibuku mulai bercerita tentang Ainun, salah satu sepupuku.

“Si Inun itu lho, kasihan kali lah dia itu, guru honorer, gaji cuma 1,1 juta, dibayarnya pun per enam bulan.” ujar Ibuku dengan logat khas Medan.

“Wah, masak sih, Nek? Dibayar per enam bulan?” jawabku terkejut dan tak percaya.

“Iya, kasihan kan. Makanya itu, terpaksa lah dia ngambil-ngambil les kesana kemari, untuk biaya sampingan, tambah-tambahan.” ujar Ibuku menambahkan.

Dan akupun terdiam. Jumlah uang yang biasanya hanya cukup untuk aku sekali belanja di supermarket saja, untuk Ainun sudah merupakan besaran gaji satu bulan. Belum lagi, dia adalah ‘single parent’ dengan satu anak. Sungguh tak mudah perjuangannya untuk mencukupi segala kebutuhan dia dan anaknya dari gaji honorer yang didapatkannya.

Rasa geram muncul di hati, mengingat seminggu sebelumnya, aku baru saja melihat berita di televisi tentang seorang Menteri yang mengangkat biduan Wanita menjadi pegawai honorer di Kementriannya dan dibayar sepuluh juta per bulan. Dan yang lebih parahnya lagi, pegawai honorer itu hanya masuk sebanyak dua kali dalam setahun tetapi tetap terus menerima gaji.

Padahal menurut saya seorang guru honorer adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Dapat dibayangkan, berapa banyak anak bangsa yang telah mereka didik, dengan segala keterbatasannya. Bayangkan berapa guru honorer yang dapat dibayarkan dari gaji seorang pegawai honorer di Kementrian yang bahkan tidak pernah masuk kantor tersebut.

Banyak kisah-kisah pilu dari perjuangan para guru honorer di negeri kita. Sebagian dari mereka harus menempuh berkilo-kilo meter jauhnya untuk mencapai sekolah dengan berjalan kaki. Tak sedikit pula yang harus melalui medan yang berat, menembus hutan, menyeberangi sungai, dan lain sebagainya.

Pembayaran upah yang tak selalu rutin setiap bulan pun membuat mereka memutar otak mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapur tetap selalu mengebul. Ada yang harus menyambi sebagai kuli angkut batu di waktu senggang untuk mencari tambahan biaya hidup, ada yang menyambi menjadi guru les di luar waktu sekolah, ada yang sambil berjualan, ada yang menjadi petani gula kelapa, dan lain sebagainya.


Seorang petani gula aren atau penyadap, Samsul saat mengambil air pucuk kelapa di Desa Sumber Jaya, Tegalbuleud, Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024) (Foto: RRI/ Rizki Supermana). Dikutip dari https://www.rri.co.id/features/683799/perjuangan-guru-honorer-panjat-100-pohon-kelapa-sehari

Tetapi, dibalik segala perjuangan keras itu, detik ketika mereka menginjakkan kakinya di sekolah, mereka akan menjadi guru yang bersahaja, guru yang selalu semangat mendidik para muridnya, mencetak generasi penerus bangsa Indonesia. Terima kasih Bapak dan Ibu Guru, jasamu tiada tara.

 

 

 


Wednesday, May 22, 2024

Destinasi Impian Saya (Dulu)

 

And who am I? That's one secret I'll never tell.

You know you love me.

XOXO,

Gossip Girl.

Itu adalah sepenggal kalimat populer yang diucapkan oleh tokoh misterius serba tahu dalam drama remaja Amerika, Gossip Girl. Blair Waldorf dan Serena van der Woodsen adalah dua orang sahabat yang kemudian terpisahkan oleh drama cinta segitiga. Setelah terpisah beberapa waktu lamanya, Serena yang sempat mengasingkan diri ke sebuah tempat rahasia untuk menenangkan diri dari hiruk pikuk Manhattan, akhirnya memutuskan untuk kembali dan melupakan semua yang pernah terjadi.

Gossip Girl merupakan film seri televisi Amerika yang mengisahkan kehidupan para remaja di kota Manhattan, Amerika. Sukses dengan total tayang selama enam musim dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012, Gossip Girl juga dilengkapi dengan versi cetaknya.

Manhattan, New York, Upper East Side, Central Park, Fifth Avenue, tergambar jelas di dalam setiap rangkaian cerita, baik film maupun novelnya. Lady Dior, Chanel, Gucci, Louis Vuitton, Burberry dan merek – merek lainnya, sukses menghiasi film seri ini, menjadikannya The True American Teenage Dream. Gossip Girl juga sukses membuat saya menjadikan Amerika sebagai negara impian yang ingin saya kunjungi. Jauh, sebelum prahara konflik Palestina – Israel dan boikot Amerika terjadi belakangan ini.

Selain Gossip Girl, saya juga begitu menyukai Sophaholic Series, yang mengisahkan tentang Rebeca Bloomwood atau yang lebih dikenal dengan Becky Bloomwood, seorang jurnalis yang sangat boros, yang kemudian menemukan cinta sejatinya, Luke Brandon. Sophaholic Series juga adalah serial televisi lainnya yang sukses membawa saya ke suasana Amerika dengan segala hiruk pikuknya. Terkesan sibuk, glamor tetapi tak lepas dari masalah-masalah kehidupan dari para warganya yang berusaha keras untuk bertahan di kota penuh persaingan itu. Itulah gambaran kehidupan di Amerika versi Sophaholic.

Mungkin saya bisa menyebutkan hal-hal lain yang sukses membuat saya mendamba-dambakan negeri digdaya ini, seperti film Home Alone, film Gremlins, seri televisi Sex and The City, film The Devil Wears Prada, dan lain sebagainya.

Times Square di malam pergantian tahun, New York Classic Jazz yang selalu menjadi music latar belakang saya saat menulis, kemudian suasana Central Park di waktu pagi, classic burgers dan kentang goreng yang dimakan di bar ala Amerika, kampus Harvard, kampus Massachusetts Institute of Technology, plang tulisan Hollywood, Golden Gate, Los Angeles, adalah beberapa hal yang selalu saya bayangkan tentang Amerika. Tak ketinggalan, patung Liberty di New York yang sangat iconic.



Selain New York, Houston, Texas, juga menjadi salah satu negara bagian impian saya. Mungkin karena dulunya saya bekerja di perusahaan yang berpusat di Houston, sehingga berkunjung ke kantor pusat adalah salah satu cita-cita saya yang belum tersampaikan hingga pada akhirnya saya resign dari pekerjaan tersebut.

Itulah sedikit cerita tentang Amerika, destinasi impian saya dulu. Tapi kini, setelah apa yang telah terjadi pada konflik antara Palestina dan Israel serta bagaimana keterlibatan Amerika didalam konflik tersebut, saya hanya bisa berharap Allah akan pelan-pelan menghapus Amerika dari bayangan saya.

Wednesday, May 15, 2024

Tips Bepergian Seru Bersama Sahabat Ke Kuala Lumpur Malaysia


Friends that travel together, stay together," -- Anonymous

Bulan Februari yang lalu, alhamdulillah, saya berkesempatan untuk berlibur ke kota Kuala Lumpur, Malaysia, bersama salah satu sahabat saya. Jujur, sejak menikah di tahun 2012 yang lalu, ini adalah kali pertamanya saya pergi ke luar negeri bersama dengan sahabat tanpa membawa anak-anak alias mommy time, he he. Saya sungguh excited saat mempersiapkan perjalanan ini karena tentu saja agendanya sangat jauh berbeda dibandingkan saat pergi kesana bersama suami dan anak-anak.

Sedari awal, perjalanan ini memang kami rencanakan untuk berbelanja dan mencoba berbagai macam kuliner khas Negeri Jiran ini. Sehingga beberapa keputusan seperti jadwal penerbangan, pemilihan lokasi penginapan dan besaran bagasi yang dipesan disesuaikan dengan rencana perjalanan kami. Baiklah, berikut akan coba saya uraikan beberapa tips berbelanja ke Kuala Lumpur bersama sabahat.

1.      1. Pilihlah Tiket Penerbangan Paling Pagi

Tips yang pertama, pilihlah tiket pesawat yang paling pagi atau setidaknya sepagi mungkin. Kenapa? Karena tidak jauh dari Kuala Lumpur International Airport (KLIA) terdapat salah satu tempat belanja yang wajib dikunjungi yaitu, Mitsui Premium Outlet, yang sudah buka mulai dari jam sepuluh pagi. Disini, kalian bisa menemukan produk-produk dari merek-merek ternama dengan harga yang miring. Tetapi, sebagai informasi, produk yang didiskon tersebut bukanlah produk dari koleksi terbaru, ya. Namun, bagi kalian yang mementingkan fungsi diatas gengsi, maka berbelanja di Mitsui, menurut saya, adalah salah satu keputusan yang sangat tepat.

Cara menjangkau Mitsui juga cukup mudah, yaitu dengan menggunakan free shuttle bus melalui bandara KLIA 1, Level 1, Gate 2 atau melalui bandara KLIA 2, Transportation Hub Bay B9. Shuttle bahkan tersedia setiap sepuluh menit sekali. Sesampainya di Mitsui, kalian bisa langsung menuju ke Free Baggage Storage Service untuk menitipkan koper kalian disana, agar belanja menjadi lebih mudah dan simple. Setelah menitipkan koper, kalian disarankan untuk langsung menuju ke area Concierge di lobby utama untuk mendapatkan kartu Tourist Privilege. Kartu ini gratis, hanya diperlukan nomor paspor kalian untuk pencatatan data pengunjung. Petugas akan memberikan selembar kertas yang berisi daftar merek-merek apa saja yang berpartisipasi dalam program ini. Beberapa promo yang saya dapatkan adalah, tambahan diskon sebesar 10% di salah satu merek baju olahraga, dan promo pemberian hadiah gratis di salah satu toko oleh-oleh.

Sebagai tambahan informasi, di Mitsui terdapat toko cokelat Beryl’s, cokelat lokal asli buatan Malaysia dengan kualitas premium yang belakangan ini ramai dijual di jasa titip (jastip) online. Berdasarkan pengalaman saya, toko Beryl’s terlengkap adalah yang terletak di Mitsui, sedangkan yang di mal-mal biasanya stoknya sudah habis diborong atau tersisa stok yang kurang favorit. Setelah puas berbelanja di Mitsui, kalian bisa memesan taksi online untuk mulai bergerak ke pusat kota atau kalian bisa Kembali ke bandara dengan shuttle gratis unutk kemudian melanjutkan perjalanan dengan KLIA Express.


(Menikmati sarapan pagi di Toastmaker, Bukit Bintang.)

 

2.      2. Pilihlah Hotel/ Apartemen yang Strategis

Mengingat salah satu agenda utama dari perjalanan ini adalah berbelanja, maka, pilihlah hotel/ apartemen yang dekat dengan pusat-pusat perbelanjaan. Harga sewanya memang mungkin sedikit lebih mahal dibandingkan dengan hotel/ apartemen yang berlokasi agak jauh dari pusat keramaian, tetapi, apabila kita beli/ memesan dari jauh hari maka masih memungkinkan untuk kita mendapatkan harga yang miring.



(Suasana kamar di Hotel Royal, Bukit Bintang.)

Tujuan mengapa diperlukan tempat tinggal yang dekat adalah agar ketika sudah berbelanja cukup banyak, kita bisa kembali dulu ke hotel untuk meletakkan barang belanjaan sambil beristirahat sejenak dan sholat apabila sudah masuk waktunya. Sehingga kita bisa me-recharge Kembali energi kita untuk kemudian lanjut jalan – jalan lagi. Selain itu, hotel/ apartemen di Tengah keramaian biasanya memudahkan kita untuk mengakses tempat-tempat makan dan supermarket untuk membeli keperluan selama disana.

Kita juga bisa memilih hotel yang tidak termasuk sarapan, dengan selisih sekitar 100-200 RM lebih murah dan kita bisa membeli sarapan di sekitar hotel sambil kuliner.

 

3.     3. Beli Air Galon Besar

Salah satu tips berhemat di Kuala Lumpur adalah dengan membeli air galon besar ukuran 5,5 liter dan kemudian membeli air mineral botol ukuran 1,5 liter. Nantinya air dalam galon dapat di-refill kedalam botol 1,5 liter untuk dibawa bepergian agar konsumsi air selama disana bisa lebih hemat. Lumayan selisihnya bisa untuk beli oleh-oleh cokelat, he he.

 

4.      4. Cek Promo Tourist Privilege Card

Setiap ke pusat perbelanjaan, saya selalu menghampiri bagian Concierge/ Information untuk mendapatkan informasi tentang Tourist Priviledge Card dan promo apa saja yang bisa didapatkan oleh pemegang passport asing. Sebagai contoh, waktu itu saya mendapatkan diskon 10% dari sebuah gerai Sepatu, yang selisihnya itu bisa untuk membeli satu kali makan siang. Lumayan sekali bukan.

 

5.      5. Sharing Bagasi

Untuk tiket pesawat yang kami beli, belum termasuk biaya bagasi. Kami hanya mendapatkan free tujuh kilogram untuk koper kabin. Sementara biaya tambahan bagasi untuk Air Asia adalah 300.000 rupiah untuk 20 kilogram bagasi. Oleh karena itu, sebelum berangkat, saya sudah berdiskusi dengan sahabat saya mengenai barang-barang apa saja yang kira-kira akan kami beli disana. Kami bahkan saling mengirimkan daftar shopping list masing-masing, ha ha ha. Setelah kami lihat-lihat, sepertinya memungkinkan untuk kami melakukan sharing bagasi. Sehingga untuk barang belanjaan kami jadikan didalam satu koper dan pembayarannya juga kami bagi dua, lumayan hemat apabila dibandingkan dengan membeli masing-masing bagasi.

 

6.      6. Cek Merek-Merek Lokal

Malaysia memiliki beberapa merek fashion lokal asli Malaysia yang bagus seperti Padini dan Fazura. Beberapa kali saya menyempatkan untuk membeli produk-produk asli Malaysia ini, karena selain bahan dan modelnya bagus, harganya juga ramah dikantong. Dan bagi kalian yang memiliki budget lebih, boleh coba merek hijab lokal kenamaan mereka, milik Vivy Yusof, the dUCk.


7. Belanja Oleh-Oleh

Untuk belanja oleh-oleh dengan harga miring, kalian bisa mengunjungi Sungei Wang Plaza yang terletak di Bukit Bintang. Disana kalian akan menemukan berbagai macam souvenir dengan motif, corak dan bertuliskan Malaysia/ Kuala Lumpur seperti dompet, tempelan kulkas, gantungan kunci, tas, dan lain-lain. Selain itu, di lantai basement Sungei Wang Plaza, terdapat supermarket besar yang lengkap dan kalian dapat membeli beberapa produk untuk dibawa pulang seperti cokelat-cokelat, bumbu Adabi, Milo Malaysia dan lain-lain.


(Memenuhi koper dengan oleh-oleh cokelat asli Malaysia, Beryl's.)


Sekian tips perjalanan ke Kuala Lumpur bersama sahabat ala saya. Semoga apa yang saya sampaikan ini bermanfaat dan bisa menjadi panduan bagi kalian yang ingin mengunjungi Kuala Lumpur. Happy holiday!

Wednesday, May 8, 2024

Perjalanan Paling Berkesan

 “Selamat ya, Bu, atas kehamilannya.” ujar dokter Rudiyanti diiringi senyuman manis khas beliau.

“Terima kasih, Dok.” jawab saya ikut sumringah tetapi juga ragu-ragu.

“Saya resepkan ya asam folat dan vitamin D nya.” Sambung dokter Rudiyanti sambil mengetik resep dan menatap layar komputer.

“Oiya, Dok, sebetulnya, saya ada rencana berangkat umroh bulan depan. Apa nggak papa, Dok, lagi hamil muda begini?” tanya saya untuk membuang keragu-raguan.

“Insya Allah tidak apa-apa, Bu, yang penting jaga Kesehatan dan jangan terlalu capai saat berkegiatan disana.” Jawab dokter Rudiyanti, kemudian kembali menatap layar komputer.

“Baik, Dok.” saya mengatupkan kedua belah telapak tangan.

Siang itu saya pulang ke rumah dengan hati yang berbahagia. Walau ini bukan kehamilan yang pertama, tetapi ini adalah kehamilan yang memang saya tunggu - tunggu. Sudah delapan bulan berlalu dari hari Dimana saya melepaskan alat kontrasepsi itu, terasa begitu lama tetapi akhirnya yang dinantikan insya Allah akan hadir juga. Alhamdulillah.

Tiba – tiba muncul dalam ingatan, bagaimana wajah Bapak dan Ibu mertua saya setiap kali mereka membahas kapan saya akan hamil lagi, kapan saya akan punya anak laki - laki. Inilah salah satu ciri khas orang Batak, yaitu selalu menantikan kehadiran anak laki - laki yang kelak akan meneruskan marga kebanggaan keluarga. Jadi bagi kalian yang menikah dengan pria Batak dan memiliki anak Perempuan, jangan kaget apabila nanti anaknya masih bayi, sudah ditanya lagi kapan hamil. Akan seperti itu terus sampai dapat anak laki-laki. Ini pada umumnya ya, tapi tidak semua seperti itu.

Persiapan berangkat umroh sudah matang, semua keperluan dan kebutuhan selama disana juga sudah tersusun rapi di dalam kopor. Bekal makanan, cemilan dan susu kemasan untuk anak-anak selama disana juga sudah siap.

Hari itu kami berangkat dengan pesawat pukul satu pagi dini hari. Kami mengambil paket umroh dan Dubai city tour, jadilah penerbangan pertama kami adalah rute Jakarta - Dubai. Langit Dubai gelap sekali pagi itu menyambut kedatangan kami, hujan deras membasahi kota yang terkenal dengan bangunan Burj Khalifa-nya itu. Pesawat sempat berputar - putar di atas untuk mendapatkan waktu mendarat yang paling tepat.

Sesampainya di bandara internasional Dubai, kami pun diminta oleh kepala rombongan untuk menunggu sejenak di area kursi - kursi penumpang. Kami pun saling berkenalan antar sesame anggota rombongan yang belum sempat kami lakukan di bandara Jakarta tadi. Kurang lebih tiga puluh menit kemudian, kepala rombongan kembali.

“Bapak Surya, mohon maaf, untuk Ibu Nurul Hasanah, sayang sekali visanya ditolak, Pak. Kami sudah mengupayakan untuk membeli visa on arrival tetapi belum berhasil juga.” Kepala rombongan menyampaikan berita itu kepada suamiku.

“Oh, begitu ya. Jadi bagaimana ini kelanjutannya?” tanya suamiku sedikit kecewa.

“Iya, kebetulan kita sudah dalam jadwal untuk keliling kota Dubai ini, Pak. Jadi hanya Ibu sendiri saja yang tidak bisa masuk, selain dari Ibu, seperti Bapak dan anak-anak, bisa ikut dengan rombongan. Untuk Ibu mungkin bisa menunggu di dalam bandara, Pak, sampai kami kembali kesini, dan sebelum penerbangan ke Madinah nanti sore.” jelas mereka.

“Wah, saya tidak mungkin meninggalkan istri saya sendirian di bandara. Apalagi kondisinya sedang hamil. Kalau memang begitu, kami berempat tinggal saja disini semua, tidak apa-apa. Silahkan kepada rombongan lain untuk melanjutkan perajalanan, kami tunggu disini.” Jawab Surya mantap.

“Baik, Pak, kami mohon maaf sekali lagi, Pak Surya. Terima kasih atas pengertiannya.” ujar mereka yang merasa bersalah karena kami sekeluarga tidak bisa mengikuti agenda wisata sebagaimana mestinya.

Satu persatu anggota rombongan mendatangi kami, memberi support dan ikut bersimpati. Baru saja satu hari, pikirku, kenapa sudah ada saja cobaannya. Sabar, Cik, kataku dalam hati mencoba menguatkan diri dengan tetap tersenyum kepada anggota rombongan yang bersimpati kepada kami.

Setelah berputar - putar di bandara selama kurang lebih tujuh jam lamanya, sore itu kami berangkat menuju Madinah. Alhamdulillah penerbangannya lancar dan sesampainya disana kami disambut dengan sajian Albaik, ayam goreng tepung yang paling terkenal di Saudi Arabia. Malam itu, tidak ada agenda kegiatan apapun dan kami diminta beristirahat setelah perjalanan yang panjang.

Keesokan paginya, suhu begitu dingin menusuk tulang. Sekitar sepuluh derajat di Madinah, belum pernah saya rasakan sebelumnya. Anak - anak memakai jaket tebal dan dilapis lagi dengan mukena panjang. Kegiatan pertama hari itu adalah mengelilingi komplek Masjid Nabawi dan mendengarkan sejarahnya. Hari itu kami tutup dengan berjalan - jalan di sekitar masjid dan hotel. Tak lupa disetiap sholat, di setiap waktu mustajab, di setiap sudut, di setiap tadahan tangan, saya selalu berdoa memohon kepada Allah agar diberi kesempatan memiliki anak laki - laki.

Hari ketiga di Madinah, kami mengunjungi Masjid Quba, berkeliling dan mengambil banyak foto disana. Tak lupa sholat sunnah dua rakaat dan lagi-lagi memanjatkan doa memohon kepada Allah agar diizinkan untuk mendapatkan anak laki - laki. Dari Masjid Quba, kami menuju Perkebunan kurma dan kami berbelanja berbagai macam kurma disana. Acara hari itu ditutup dengan kunjungan ke Jabal Uhud.

Malamnya, kami menyempatkan untuk mengunjungi Raudhah, makam Nabi Muhammad salallahu alaihi wassalam. Disitu, sungguh aku melihat keajaiban, Allah berikan kemudahan dalam menembus keramaian disana, Allah tunjukkan kebaikan rekan - rekan rombongan umroh kami, yang berusaha menjaga saya selama didalam Raudhah yang begitu padatnya. Disana, di depan makam Nabi, aku mengucapkan untaian doa panjang memohon kekuasaan Allah.

“Ya Allah, izinkanlah aku memiliki anak laki-laki ya Allah. Apabila memiliki anak laki-laki adalah yang terbaik menurut-Mu, terbaik untukku, keluargaku dan masa depanku, maka berikanlah kemudahan ya Allah. Tetapi kalau memiliki anak laki-laki bukan yang terbaik untukku, maka, berikanlah yang terbaik untukku, apapun itu atas kehendak-Mu.” Tak terasa, air mata mengalir deras membasahi pipiku yang bersungguh - sungguh memohon kepada-Nya.

Keesokan harinya, perjalanan kami lanjutkan ke kota Makkah dengan menggunakan bus. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih delapan jam. Alhamdulillah perjalanan lancar dan sesampainya disana, begitu melihat kabbah, bergetarlah hati ini. Tak terasa air mata membasahi pipi. Kami pun menunaikan ibadah sholat maghrib dan isya disana. Ratusan kata dan doa saya ucapkan sambil menadahkan tangan ini. Setelah berdoa saya usap pelan perut dan berharap si jabang bayi dalam keadaan sehat sampai selesai seluruh rangkaian ibadah nanti. Kuat ya, Nak.

Kami pun melaksanakan ibadah umroh, tawaf, sai dan tahalul bagi laki-laki dan menyelesaikan semua prosesnya pada pukul dua dini hari. Alhamdulillah sepertinya si jabang bayi kuat, begitu juga kakak-kakaknya yang walau terlihat mengantuk tapi masih semangat. Keesokan paginya, kami memutuskan untuk sholat subuh di hotel saja agar tidak terlalu kelelahan.

Alhamdulillah selesai rangkaian utama perjalanan umroh kami. Kegiatan keesokannya adalah jalan – jalan ke Thaif, atau bagian tertinggi di kota Mekkah. Kami berangkat dengan menggunakan bus, sepanjang jalan menanjak dan kami mendengarkan kisah – kisah dan Sejarah Islam dari Ustad yang membimbing kami. Perjalanan keliling Thaif begitu menyenangkan, pemandangannya indah, makannnya enak dan kami juga sempat mengunjungi pusat penyulingan bunga mawar. Saat pulang, kami menggunakan kereta gantung dari Hotel Ramada untuk turun ke bawah. Dan di bawah, bus kami telah menunggu untuk mengantarkan kami kembali ke kota Mekkah.

Keesokan harinya, adalah hari bebas. Kami berkeliling kota Mekkah dan berbelanja oleh – oleh untuk anggota keluarga di rumah. Kami melaksanakan tawaf wada atau tawaf perpisahan dan mulai bergerak pulang melalui Jeddah, dilanjutkan ke Dubai dan akhirnya Kembali ke Jakarta. Alhamdulillah.

--

“Bagaimana, Dok, apakah sudah kelihatan anaknya laki – laki atau Perempuan, Dok?”

“Insya Allah laki – laki nih, Ibu, selamat ya.” Senyum dokter Rudi.

“Alhamdulillah ya, Allah. Alhamdulillah. Alhamdulilla.” tanpa saya sadari, air mata deras membasahi pipi. Terima kasih ya, Allah. Terima kasih. Telah Kau wujudkan doa dan harapanku ya, Allah. Engkau Maha Baik.

“Alhamdulillah kata dokternya insya Allah anaknya laki – laki, Ma, Pa. Iya, iya, insya Allah.” Ucap Surya mengabari Bapak dan Ibunya melalui sambungan telepon.

“Kata Mama, Papa lagi sujud syukur.” ucap Surya kepadaku.

Buah perjalanan yang begitu indah, begitu berkesan dan takkan terlupakan. Tujuh bulan dari perjalanan itu, lahirlah Zubair Abdullah Abbas Siregar, di kota Jakarta, ditengah pandemi yang melanda. Semoga Allah jadikan Zubair anak yang soleh, beriman, bertaqwa. Semoga Allah jadikan kelak Ia menjadi pemimpin dunia, pemimpin dalam agama. Aamiin.

 

Tamat

 

 

 

Tantangan Ultah Magata: A Day In My Life!

Assalammualaikum. Hari ini, saya akan mencoba membuat sebuah tulisan singkat dengan tema "A Day In My Life" dalam rangka ulang tah...