And who am I? That's one
secret I'll never tell.
You know you love me.
XOXO,
Gossip Girl.
Itu adalah sepenggal kalimat populer yang diucapkan oleh
tokoh misterius serba tahu dalam drama remaja Amerika, Gossip Girl. Blair
Waldorf dan Serena van der Woodsen adalah dua orang sahabat yang kemudian
terpisahkan oleh drama cinta segitiga. Setelah terpisah beberapa waktu lamanya,
Serena yang sempat mengasingkan diri ke sebuah tempat rahasia untuk menenangkan
diri dari hiruk pikuk Manhattan, akhirnya memutuskan untuk kembali dan melupakan
semua yang pernah terjadi.
Gossip Girl merupakan film seri televisi Amerika yang
mengisahkan kehidupan para remaja di kota Manhattan, Amerika. Sukses dengan total
tayang selama enam musim dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012, Gossip
Girl juga dilengkapi dengan versi cetaknya.
Manhattan, New York, Upper East Side, Central Park, Fifth
Avenue, tergambar jelas di dalam setiap rangkaian cerita, baik film maupun
novelnya. Lady Dior, Chanel, Gucci, Louis Vuitton, Burberry dan merek – merek lainnya,
sukses menghiasi film seri ini, menjadikannya The True American Teenage
Dream. Gossip Girl juga sukses membuat saya menjadikan Amerika
sebagai negara impian yang ingin saya kunjungi. Jauh, sebelum prahara konflik
Palestina – Israel dan boikot Amerika terjadi belakangan ini.
Selain Gossip Girl, saya juga begitu menyukai Sophaholic
Series, yang mengisahkan tentang Rebeca Bloomwood atau yang lebih dikenal
dengan Becky Bloomwood, seorang jurnalis yang sangat boros, yang kemudian
menemukan cinta sejatinya, Luke Brandon. Sophaholic Series juga adalah
serial televisi lainnya yang sukses membawa saya ke suasana Amerika dengan
segala hiruk pikuknya. Terkesan sibuk, glamor tetapi tak lepas dari masalah-masalah
kehidupan dari para warganya yang berusaha keras untuk bertahan di kota penuh persaingan
itu. Itulah gambaran kehidupan di Amerika versi Sophaholic.
Mungkin saya bisa menyebutkan hal-hal lain yang sukses
membuat saya mendamba-dambakan negeri digdaya ini, seperti film Home Alone,
film Gremlins, seri televisi Sex and The City, film The Devil
Wears Prada, dan lain sebagainya.
Times Square di malam pergantian tahun, New York Classic
Jazz yang selalu menjadi music latar belakang saya saat menulis, kemudian
suasana Central Park di waktu pagi, classic burgers dan kentang goreng
yang dimakan di bar ala Amerika, kampus Harvard, kampus Massachusetts Institute
of Technology, plang tulisan Hollywood, Golden Gate, Los Angeles, adalah
beberapa hal yang selalu saya bayangkan tentang Amerika. Tak ketinggalan,
patung Liberty di New York yang sangat iconic.
Selain New York, Houston, Texas, juga menjadi salah satu negara
bagian impian saya. Mungkin karena dulunya saya bekerja di perusahaan yang berpusat
di Houston, sehingga berkunjung ke kantor pusat adalah salah satu cita-cita
saya yang belum tersampaikan hingga pada akhirnya saya resign dari
pekerjaan tersebut.
Itulah sedikit cerita tentang Amerika, destinasi impian saya
dulu. Tapi kini, setelah apa yang telah terjadi pada konflik antara Palestina
dan Israel serta bagaimana keterlibatan Amerika didalam konflik tersebut, saya
hanya bisa berharap Allah akan pelan-pelan menghapus Amerika dari bayangan
saya.
No comments:
Post a Comment