Hikmah dari 2020 dan 2021

21 Desember 2021. Sepuluh hari menuju tahun 2022. Rasanya belum afdol kalau belum nulis apapun untuk tahun ini. Walau hanya satu, mari setidaknya kita tinggalkan jejak tahun ini.

Alhamdulillah, 2020 dan 2021 mengajarkan saya banyak hal. Banyak sekali. Pandemi membawa hikmah, begitu ceunah, mungkin sedikit kedewasaan berpikir, atau karena faktor bertambahnya usia juga, entahlah. Dan sebelum lupa, ada baiknya saya tuliskan disini.

Tak bermaksud untuk menyindir siapa pun, semua yang akan saya tulis disini murni apa yang saya rasakan, apa yang saya dapatkan dan saya harapkan akan selalu saya ingat. Mungkin akan menjadi tulisan yang paling jujur yang pernah saya buat.

Ditulis dengan tidak berurutan alias seingatnya.

1. Berbuat baik, berbuat baik, berbuat baik.
Sebelum 2020 pun saya sudah tahu bahwa dalam hidup ini kita harus selalu berbuat baik kepada semua orang. Tetapi apa yang terjadi di bulan Agustus 2020, dimana saya terkena covid dan masya Allah sungguh bantuan dari teman-teman itu banyaknya sampai berlebih-lebiham, saya seperti tersadar lagi, bahwa yang bisa kita lakukan dengan segera setiap saat adalah berbuat baik. Sampai kadang rasanya iri sama orang yang berlebihan secara materi karena saya ingin sekali bisa bersedekah tiada henti seperti mereka, setiap saat, setiap waktu. Kalau perlu sebulan sekali bangun mesjid, masya Allah. Namun, seperti kita yang bersedekah "ada batasnya", ketika sedang tidak ada dana ya kita bisa bantu dengan tenaga, berikan perhatian kepada yang sedang sakit, sedang kesusahan, berikan waktu untuk mendengarkan keluh kesah orang tua, sahabat, apapun lah ya. Intinya berbuat baik, menjadi orang baik.

2. Tidak semua orang yang kita anggap sahabat itu ternyata menganggap kita sebaliknya.
Bingung nggak ya sama kalimatnya? Ha ha ha intinya gini, misalnya saya sudah menganggap si A itu adalah sahabat baik saya, kemudian saya all out, turns out dia merasa biasa-biasa saja ke saya, contoh, tak berlaku sebaliknya. Mungkin untuk poin kedua ini juga ada sedikit kaitannya dengan managing expectations ya. Jadi, hati-hati dengan perasaan, pertemanan, persahabatan. Kita berhak menentukan dan memilih sahabat yang sekiranya akan membawa kita kepada kebaikan.

3. Tidak semua yang orang lakukan berbeda dengan kita itu, salah.
Khusus poin tiga ini sebetulnya adalah mostly sifat orang-orang yang cukup sering saya temui di tahun 2020. Sifat dimana mereka tidak bisa menerima bahwa orang lain itu memilih jalan hidup/pilihan yang berbeda, kemudia menjadi nyinyir. Contoh: Ada teman yang punya anak, anaknya dimasukkin ke macam-macam les, segala les diikutkan. Kemudian ada yang julid, "Kasian ya anaknya, les macem-macem pasti pusing anaknya." Kayaknya saya kepengen bilang, “Ya gapapa lah terserah dia kan :D”.  Anak, anak dia, duid, duid dia.
Contoh lain: Ada segerombolan orang yang pakai sepeda Brompton kemudian ada yang julid, "Ish ngapain  sih pake sepeda mahal-mahal, boros banget." Kayaknya saya pengen bilang, “Ya gapapa kan pakai Brompton selama belinya nggak ngutang sama kita :D” Emang lo kalo punya banyak duid ga pengen beli Brompton apa? Pasti pengen juga laa. :D
Ngerti kan? Hal-hal kayak gitu yang bikin kuping panas di 2020-2021 ini. Dan kayak gini-gini paling banyak ditemui di sosial media dan WA Group-WA Group. Banyak orang sirik, sirik tanda tak mampu itu bener banget sih. Solusinya, ya keluar dulu dari sosmed ataupun WAG yang kita rasa udah ga nyaman, ga seiring sejalan seirama dengan kita. Karena di 2020-2021 yang kita butuhin cuma ketenangan jiwa, ketenanga hati, love and happines.

4. Ketika kita sedang memiliki masalah, Allah adalah sebaik-baiknya termpat mengadu.
Sebagai manusia biasa, kita kerap kali dirundung permasalahan dalam hidup ini. Mulai dari masalah yang kecil yang cuma bisa bikin kita geleng-geleng kepala, sampai ke masalah yang betul-betul bikin pusing kepala dibuatnya. Nangis? Ga usah ditanya lagi. 
Karena merasa nggak sanggup menahan beban pikiran yang dirasakan, kita sering kali curhat kepada sesama manusia entah itu keluarga, ataupun sahabat terdekat. Dan ketika dinasehati, karena pada dasarnya mereka sendiri tidak betul-betul menjalani apa yang kita rasakan, berakhir dengan saran-saran yang dirasa KURANG PAS. Akhirnya membuat kita menggerutu sendiri. Untuk itu apabila ada permasalahan, ada baiknya kita mengambil wudhu, bentangkan sajadah, kenakan pakaian sholat terbaik kita, sholat dengan khusyuk, dan berdoalah.

5. Tidak semua orang senang diberi masukkan (walau maksud kita baik).
Sebetulnya, positive thinkingnya, kita semua seharusnya merasa bersyukur apabila diingatkan, dinasihati dan diberi saran/masukan. Kenapa? Karena pada akhirnya yang paling bisa menilai diri kita adalah orang lain yang melihat, dan ketika mereka memberi saran, biasanya karena peduli/ sayang. Tapi memang fitrahnya manusia terlahir tidak senang apabila diberi saran/masukan. Lebih lagi kalau tidak diminta. Jadi pelajarannya: jangan terlalu sering memberikan masukkan kepada orang lain, karena belum tentu mereka berkenan.

Comments

Popular Posts