Friday, December 31, 2021

Manfaat Kegemaran Membaca

Membaca sudah menjadi kegemaran saya sejak kecil. Walau tinggal nun jauh di kota kecil, Bontang, setiap dinas kemanapun perginya, Ayah saya selalu pulang membawakan oleh-oleh buku untuk kami. Satu moment yang paling tidak terlupakan adalah saat beliau dinas ke negara Paman Sam Amerika, beliau membeli buku tentang Borneo Island yang bagus sekali. Bahkan untuk mengirimnya menggunakan shipping dari luar (tidak di hand carry langsung). Buku itu masih tersimpan rapi di rumah Ibu.

Mengapa membaca? Mengapa begitu antusiasnya mengajarkan membaca untuk Aqila? Berikut saya paparkan beberapa manfaat membaca yang saya rasakan, yang membuat saya berpikir, bahwa kegemaran ini patut saya turunkan kepada anak-anak.

1. Membaca melatih fokus kita.
Saat membaca, kita harus fokus agar dapat menangkap alur ceritanya dan menginterpretasikan apa yang ada di dalam tulisannya. Ini membantu untuk melatih fokus kita.

2. Meningkatkan daya imajinasi.
Bagi anak-anak (dan mungkin juga dewasa), membaca membantu meningkatkan daya imajinasi dan kreatifitas kita. Seperti ketika membaca buku Harry Potter atau Twilight Series, kita akan membayangkan dulu segala sesuatu bentuknya sesuai dengan imajinasi kita, sebelum kemudian melihatnya versi film.

3. Membaca apapun akan terasa ringan.
Ini salah satu manfaat yang terbaik. Kegemaran membaca membuat membaca apapun terasa ringan. Koran, majalah, bahkan buku sekolah pun menjadi hal yang menarik untuk dibaca. Saya ingat betul di masa sekolah dulu, di jaman akses membeli buku belum seperti sekarang, saya betul-betul rajin membaca buku cetak sekolah di rumah. Hasilnya, nilai pun otomatis terdongkrak. Karena membaca ini pada akhirnya akan terus mengikuti kita. Seperti pengalaman saya, saat bekerja pun, untuk meningkatkan karir, saya rajin membaca buku-buku dan majalah-majalah bisnis yang terkait dengan pekerjaan saya.

4. Menambah wawasan.
Kegemaran membaca pada akhirnya membuat saya melahap hampir semua bacaan. Nilai lebihnya, wawasan pun bertambah. Saya selalu bilang kepada anak-anak. Kita bisa mendapatkan gambaran tentang negara-negara lain, budayanya, makanan khasnya, kehidupan manusianya dari membaca. Memang benar, sekarang ada google, we can find everything, tetapi menurut saya apabila wawasan itu dikemas dalam bentuk cerita maka akan lebih dalam maknanya. Menurut saya benar sekali peribahasa yang mengatakan "Membaca adalah jendela dunia.."

Selain hal ini, saya senang apabila bertemu dengan orang baru, kita bisa berbicara apa saja berdasarkan wawasan yang kita dapat dari buku. Wawasan dari buku membantu mencairkan suasana.

5. Erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa dan menulis.
Saat membaca sebuah tulisan, kita akan terbiasa membaca tulisan dengan struktur kalimat yang benar. Kelak ini akan membantu kita di jenjang pendidikan, misalnya saat membuat tugas mengarang, atau saat masuk di perguruan tinggi, akan ada tugas essay dan juga skripsi. Ketika bekerja, menulis akan menjadi keseharian kita saat berkorespondensi dengan rekan kerja ataupun klien. Dengan kegemaran membaca, menulis segalanya akan terasa lebih mudah dan mengalir.

6. Berkaitan dengan kemampuan bahasa Inggris.
Ini adalah salah satu manfaat yang menarik bagi diri saya pribadi. Saya besar di kota kecil Bontang, dimana bahasa inggris pada waktu itu rasanya tidak se-hype di Jakarta. Tidak ada kursus hits macam EF disana. Alhamdulillahnya kami sudah mulai mendapatkan kelas bahasa inggris sejak kelas 4 SD, Bu Rina guru saya pada saat itu. Terima kasih Ibu. Pindah SMU ke Bandung juga tak lantas membuat saya mendaftar ke kursus bahasa inggris, padahal, saya ingat betul ada kursus EF di Jalan Cipaganti tak jauh dari sekolah. Ibu saya sudah sering mengingatkan tapi beliau tak pernah memaksa. Masuk ke perguruan tinggi, karena kebutuhan bahasa inggris yang tinggi di jurusan saya SBM ITB, membuat saya memutuskan untuk join di TBI jalan Dipati Ukur tapi itulah anak manusia yang banyak kekurangannya, darah muda bergejolak yang maunya main saja, akibatnya saya pun tak menyelesaikan kursus itu. Bonusnya, saya mendapatkan dua teman baru Danu Wicaksana dan Kak Gina.
Saya baru merasakan menyesal tak pernah serius mendalami bahasa inggris saat masuk ke dunia kerja dan utamanya saat masuk di dunia oil and gas dimana bahasa inggris menjadi keseharian dengan para expat. Lantas apakah selama itu saya kesulitan? Alhamdulillahnya tidak. Mengapa? Karena kebiasaan membaca novel bahasa inggris ternyata sangat membantu saya. Walau tak pernah kenal bahasa inggris dari kursus formal, ternyata kebiasaan melahap novel luar membuat saya terbiasa melahap grammar-grammar, idiom, dan sebagainya. Membuat menulis dalam bahasa inggris pun tak begitu sulit bagi saya karena sudah sering saya temukan didalam buku luar. Selain itu, kemampuan speaking pun otomatis terbantu. Kebetulan juga memang saya orangnya senang berbicara. However, bagaimanapun, tetap lebih baik mempelajarinya dari kursus formal. Dan sebagai lesson learned dari pengalaman saya, saat ini Aqila sudah saya masukkan di kursus EF dan suami saya motivasi untuk mengambil kelas di Wall Street. He he biarlah mereka belajar bahasa inggris lebih baik daripada saya, kalau saya bahasa inggris jungle saja yang penting sama-sama ngerti hehehe

Itulah beberapa manfaat membaca yang dapat saya sampaikan. Semoga menginspirasi bagi yang membacanya. Aamiin.

Sunday, December 26, 2021

Hikmah dari 2020 dan 2021

21 Desember 2021. Sepuluh hari menuju tahun 2022. Rasanya belum afdol kalau belum nulis apapun untuk tahun ini. Walau hanya satu, mari setidaknya kita tinggalkan jejak tahun ini.

Alhamdulillah, 2020 dan 2021 mengajarkan saya banyak hal. Banyak sekali. Pandemi membawa hikmah, begitu ceunah, mungkin sedikit kedewasaan berpikir, atau karena faktor bertambahnya usia juga, entahlah. Dan sebelum lupa, ada baiknya saya tuliskan disini.

Tak bermaksud untuk menyindir siapa pun, semua yang akan saya tulis disini murni apa yang saya rasakan, apa yang saya dapatkan dan saya harapkan akan selalu saya ingat. Mungkin akan menjadi tulisan yang paling jujur yang pernah saya buat.

Ditulis dengan tidak berurutan alias seingatnya.

1. Berbuat baik, berbuat baik, berbuat baik.
Sebelum 2020 pun saya sudah tahu bahwa dalam hidup ini kita harus selalu berbuat baik kepada semua orang. Tetapi apa yang terjadi di bulan Agustus 2020, dimana saya terkena covid dan masya Allah sungguh bantuan dari teman-teman itu banyaknya sampai berlebih-lebiham, saya seperti tersadar lagi, bahwa yang bisa kita lakukan dengan segera setiap saat adalah berbuat baik. Sampai kadang rasanya iri sama orang yang berlebihan secara materi karena saya ingin sekali bisa bersedekah tiada henti seperti mereka, setiap saat, setiap waktu. Kalau perlu sebulan sekali bangun mesjid, masya Allah. Namun, seperti kita yang bersedekah "ada batasnya", ketika sedang tidak ada dana ya kita bisa bantu dengan tenaga, berikan perhatian kepada yang sedang sakit, sedang kesusahan, berikan waktu untuk mendengarkan keluh kesah orang tua, sahabat, apapun lah ya. Intinya berbuat baik, menjadi orang baik.

2. Tidak semua orang yang kita anggap sahabat itu ternyata menganggap kita sebaliknya.
Bingung nggak ya sama kalimatnya? Ha ha ha intinya gini, misalnya saya sudah menganggap si A itu adalah sahabat baik saya, kemudian saya all out, turns out dia merasa biasa-biasa saja ke saya, contoh, tak berlaku sebaliknya. Mungkin untuk poin kedua ini juga ada sedikit kaitannya dengan managing expectations ya. Jadi, hati-hati dengan perasaan, pertemanan, persahabatan. Kita berhak menentukan dan memilih sahabat yang sekiranya akan membawa kita kepada kebaikan.

3. Tidak semua yang orang lakukan berbeda dengan kita itu, salah.
Khusus poin tiga ini sebetulnya adalah mostly sifat orang-orang yang cukup sering saya temui di tahun 2020. Sifat dimana mereka tidak bisa menerima bahwa orang lain itu memilih jalan hidup/pilihan yang berbeda, kemudia menjadi nyinyir. Contoh: Ada teman yang punya anak, anaknya dimasukkin ke macam-macam les, segala les diikutkan. Kemudian ada yang julid, "Kasian ya anaknya, les macem-macem pasti pusing anaknya." Kayaknya saya kepengen bilang, “Ya gapapa lah terserah dia kan :D”.  Anak, anak dia, duid, duid dia.
Contoh lain: Ada segerombolan orang yang pakai sepeda Brompton kemudian ada yang julid, "Ish ngapain  sih pake sepeda mahal-mahal, boros banget." Kayaknya saya pengen bilang, “Ya gapapa kan pakai Brompton selama belinya nggak ngutang sama kita :D” Emang lo kalo punya banyak duid ga pengen beli Brompton apa? Pasti pengen juga laa. :D
Ngerti kan? Hal-hal kayak gitu yang bikin kuping panas di 2020-2021 ini. Dan kayak gini-gini paling banyak ditemui di sosial media dan WA Group-WA Group. Banyak orang sirik, sirik tanda tak mampu itu bener banget sih. Solusinya, ya keluar dulu dari sosmed ataupun WAG yang kita rasa udah ga nyaman, ga seiring sejalan seirama dengan kita. Karena di 2020-2021 yang kita butuhin cuma ketenangan jiwa, ketenanga hati, love and happines.

4. Ketika kita sedang memiliki masalah, Allah adalah sebaik-baiknya termpat mengadu.
Sebagai manusia biasa, kita kerap kali dirundung permasalahan dalam hidup ini. Mulai dari masalah yang kecil yang cuma bisa bikin kita geleng-geleng kepala, sampai ke masalah yang betul-betul bikin pusing kepala dibuatnya. Nangis? Ga usah ditanya lagi. 
Karena merasa nggak sanggup menahan beban pikiran yang dirasakan, kita sering kali curhat kepada sesama manusia entah itu keluarga, ataupun sahabat terdekat. Dan ketika dinasehati, karena pada dasarnya mereka sendiri tidak betul-betul menjalani apa yang kita rasakan, berakhir dengan saran-saran yang dirasa KURANG PAS. Akhirnya membuat kita menggerutu sendiri. Untuk itu apabila ada permasalahan, ada baiknya kita mengambil wudhu, bentangkan sajadah, kenakan pakaian sholat terbaik kita, sholat dengan khusyuk, dan berdoalah.

5. Tidak semua orang senang diberi masukkan (walau maksud kita baik).
Sebetulnya, positive thinkingnya, kita semua seharusnya merasa bersyukur apabila diingatkan, dinasihati dan diberi saran/masukan. Kenapa? Karena pada akhirnya yang paling bisa menilai diri kita adalah orang lain yang melihat, dan ketika mereka memberi saran, biasanya karena peduli/ sayang. Tapi memang fitrahnya manusia terlahir tidak senang apabila diberi saran/masukan. Lebih lagi kalau tidak diminta. Jadi pelajarannya: jangan terlalu sering memberikan masukkan kepada orang lain, karena belum tentu mereka berkenan.

Melatih Kegemaran Membaca Kepada Anak-Anak

Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik bagi putra-putrinya. Dan tanpa disadari seringkali mereka membesarkan anak-anak sebagaimana dulu mereka dibesarkan oleh kedua orang tuanya. Tentu tidak salah, apalagi yang diturunkan adalah sifat-sifat ataupun ajaran kebaikannya.

Saya sendiri memiliki salah satu habit masa kecil yang “dengan sengaja” saya turunkan kepada anak-anak yaitu kegemaran membaca. Pelan-pelan sedari kecil saya perkenalkan kepada mereka bacaan-bacaan yang menarik, bergambar lucu dan berwarna cerah. Biasanya saat masih balita, mereka akan tertarik kepada cerita tentang hewan, misalnya bebek, domba, sapi, kambing, kelinci dan sebagainya. Buku yang digunakan pun, adalah buku dengan bahan tebal (board book) yang terkadang terselip bagian yang bisa dibuka-tutup atau digeser-geser sehingga lebih menarik secara visual.

Masuk di bangku SD, saya mulai mengajarkan Aqila untuk membaca komik. Mengapa komik? Karena  komik adalah perpaduan gambar dan tulisan, dengan alur cerita yang biasanya menarik dan tidak membosankan, sehingga membacanya pun menjadi hal yang menyenangkan. Awalnya, saya belikan komik yang sesuai dengan apa yang sedang ia gemari, contoh, saat Aqila sedang gemar-gemarnya dengan Little Pony, saya carikan buku komik Little Pony. Setelah itu, saya mulai memperkenalkannya kepada series Next G, dari sinilah minat baca Aqila semakin berkembang lagi. Tiada hari tanpa buku, pergi kemanapun harus selalu membawa buku. Dan Aqila pun mulai gemar menggambar komik di waktu-waktu senggangnya.

Masuk  di kelas 3 SD, saya mulai pelan-pelan mengajak Aqila untuk membaca buku yang lebih banyak lagi tulisannya, sebagai persiapan bagi dia untuk mulai pelan-pelan meninggalkan komik. Saya carikan buku cerita yang sesuai dengan minatnya saat itu. Contoh, Aqila suka sekali kisah-kisah misteri ringan, maka saya pun membelikannya buku kisah misteri anak-anak yang didalamnya masih terselip sedikit ilustrasi cerita. Setelah itu, saya menemukan juga buku yang cocok untuknya, yaitu series Mummy Fairy and Me. Didalamnya masih ada tulisan dan ilustrasi-ilustrasi yang sangat imut. Aqila yang memang girly suka sekali dengan series ini.

Selain semua strategi ini, saya pun juga menerapkan kepada Aqila untuk membaca buku yang sesuai dengan usianya. Alhamdulillah di buku-buku yang dibeli di Gramedia, sudah tertera batasan usia yang jelas di bagian belakang bukunya. Jadi untuk buku-buku yang belum cocok usianya, mohon maaf, kita harus bersabar dulu ^_^

Salah satu series yang sudah tidak sabar untuk kami baca bersama adalah Harry Potter dan series Bumi dari Tere Liye  :D Tapi Aqila harus bersabar untuk menunggu sampai usia 13 tahun nanti ya Kakak, he he

Begitulah sedikit cerita tentang bagaimana saya memperkenalkan kegemaran membaca kepada anak-anak saya. Semoga bermanfaat ya.

Sunday, January 17, 2021

Sum Up My 2020

Kata orang, waktu cepat berlalu. Benar begitu ya? Tadi pagi suamiku bilang, "Nggak kerasa ya udah pertengahan Januari aja.." aku jawab, "Eh iya juga ya bener, cepet banget ya.." Langsung otomatis liat kalender di hengpon, udah tanggal 17 aja. Jadi keinget pengen nulis rangkuman 2020 ku di blog, belom kesampean juga.

Eh pas banget malem ini anak-anak udah pada bobok, pak suami lagi asik nonton bola, diluar hujan, suara hujan enak banget, syahdu banget... Allahumma Shoyyiban Nafi'an. Turunkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat. Aamiin.. Bismillah, here goes my 2020 in one page.

Januari. Alhamdulillah, kami sekeluarga mendapatkan rezeki dan kesempatan untuk berkunjung ke tanah suci Mekkah. Sebetulnya hal ini sudah menjadi keinginan saya dan suami sejak lama, mungkin sejak tahun 2017-an. Alhamdulillah dua tahun kemudian hal itu baru dapat kami wujudkan. Di bulan Oktober 2019, kami memutuskan untuk mendaftar umroh bersama Uhud Tour di keberangkatan Januari 2020. Perjalanannya via Dubai dengan pesawat Emirates, transit half day di Dubai kemudian lanjut terbang ke Madinah. Madinah dingin sekali waktu itu, suhunya bisa mencapai enam derajat celcius saat waktu subuh. Sebuah pengalaman yang sungguh berbeda dengan perjalanan umrohku sebelumnya di tahun 2012 (sebelum menikah).
Perjalanan umroh kali ini tentunya sangat berbeda dengan umroh sebelumnya disaat aku masih 'single'. Umroh kali ini, kami membawa Aqila 6,5 tahun, Khansa 3,5 tahun dan Zubair 11 weeks didalam kandunganku. Masya Allah. Semua kami persiapkan dengan begitu maksimal. Alhamdulillah semua berjalan lancar sampai kembali ke tanah air. Terkecuali aku yang sempat tidak bisa masuk ke kota Dubai karena VISA ku ditolak dan berakhir dengan kami menghabiskan waktu di airport disaat rombongan lain sedang city tour Dubai. (i dont know why, sampai sekarang masih menjadi misteri).

Februari. Rasa-rasanya tidak ada yang special di bulan Februari. Hari-hariku diisi dengan mengantar dan menjemput anak sekolah. Belanja ke pasar dan supermarket. Nungguin Aqila ekskul. Jualan Pempek Khaira. Rapat ISTIYA. Repeat. Sampai disini belum terpikirkan bahwa di bulan depannya akan terjadi sesuatu hal yang mengubah dunia dan seisinya, yaitu Pandemi Corona.

Maret. Bulan ini tentunya menjadi bulan yang tak terlupakan di tahun 2020. Karena di bulan inilah pertama kalinya kasus covid 19 di Indonesia resmi diumumkan. Hari ke hari mulai terjadi keresahan di masyarakat yang membuat sekolah-sekolah mulai ditutup, siswa siswi dirumahkan dan kantor-kantor mulai menerapkan kebijakan bekerja di rumah (WFH). Mulai bulan inilah perjuangan semua rakyat Indonesia dimulai. Berdiam diri dirumah terus menerus tentu bukan hal yang mudah dilakukan. Belanja via online, sekolah via online, les via online, berobat via online dan lain sebagainya.

April. Kandunganku memasuki usia ke lima bulan. Bukan hal yang mudah pastinya hamil di masa pandemi ini, some of you might feel it too. Biasanya kalau hamil, aku selalu rutin periksa ke dokter sebulan sekali untuk USG. Tapi hamil kali ini berbeda, periksa hanya apabila diperlukan saja. Menghindari terpapar virus Corona di lingkungan rumah sakit. Kelelahan pun memuncak disaat sedang hamil, mengurus dan menghandle anak-anak sendiri disaat suami bekerja di luar kota dan tidak bisa pulang ke Jakarta dikarenakan adanya kebijakan penutupan total semua bandara. Pada akhirnya aku menyerah, memboyong anak-anak untuk tinggal di rumah mama. Disana ada banyak keponakan yang bisa membantu menemani anak-anak disaat aku sedang kelelahan. Suami pun lebih tenang bekerja disana, mengingat kami berada di rumah orang tua. Di bulan ini juga pertama kali kami merasakan ibadah Ramadan full di rumah.

Mei. Untuk pertama kalinya dalam hidup ini. Kami sholat Ied dirumah (Mama). Lengkap dengan khotbahnya. Semuanya alhamdulillah dipimpin oleh suami, dengan tidak mengurangi kekhidmatan dan indahnya suasana Lebaran. Bahkan mungkin Lebaran kali ini terasa lebih haru. Mengingat sudah dua bulan kita melewati pandemi corona tanpa kepastian kapan akan berakhirnya. Ucapan syukur tak henti-hentinya kami ucapkan mengingat begitu banyaknya hikmah dibalik pandemi ini.

Juni. Pada bulan ini, suami dipindah tugaskan ke kota Rumbai. Tak lagi menjadi rotator 14 hari - 14 hari, tetapi statusnya berubah menjadi full time office employee di Rumbai. Kaget juga. Selama ini, suami bekerja 14 hari di lapangan dan pulang ke Jakarta untuk berlibur selama 14 hari. Begitu terus sejak tahun 2014. Tapi dengan posisi yang baru, dia tidak berhak lagi mendapat waktu off selama 14 hari. Hanya mendapat cuti tahunan seperti pegawai pada umumnya. Disini juga, kami memutuskan untuk segera ikut pindah ke Rumbai karena rasanya sudah cukup lama kami hidup terpisah-pisah. Sebuah keputusan besar yang kami harapkan membawa hikmah yang baik kedepannya.

Juli. Kami harus cukup bersabar dengan kondisi dimana kami belum bisa menyusul pindah ke Rumbai. Satu, kondisi masih pandemi. Penerbangan menjadi tak menentu dan somehow menakutkan. Kedua, kehamilan saya sudah sangat besar, sehingga kami memutuskan untuk pindah beberapa saat setelah melahirkan. Tetapi beberapa persiapan pindahan sudah mulai dicicil. Suami masih bolak balik Rumbai Jakarta.

Agustus. Bulan ini menjadi bulan yang paling membahagiakan sekaligus paling mengharukan bagi kami. Pada tanggal 27 Agustus 2020, Zubair lahir melalui proses normal dengan berat badan 3,9 kilogram. Bahagia tak terkira karena pada akhirnya kami memiliki anak laki-laki, rasanya lengkap sudah dan begitu bahagianya karena beribu doa yang dipanjatkan di tanah suci untuk mendapatkan kesempatan memiliki anak laki-laki akhirnya terwujud juga. Tapi Allah Maha Adil, Allah Maha Baik, ditengah kebahagiaan kami menyambut Zubair, kami dihadapkan dengan kenyataan bahwa hasil PCR test saya menyatakan saya positive covid. Persis di hari kelahirannya, hanya beberapa jam setelah dilahirkan, Zubair harus dipisahkan dengan saya. Rasanya? Tak sanggup lagi saya menceritakannya. Alhamdulillah, Allah Maha Baik dengan semua rencana-Nya. Setelah 10 hari berpisah dengan Zubair, hasil swab test saya menunjukkan hasil negative dan saya dapat kembali berkumpul dengan Zubair dan kembali dapat menyusui secara langsung. Alhamdulillah.

September. Genap 35 tahun. Rasanya nggak percaya sudah masuk kategori "menjelang usia 40 tahun". Tua juga ya.. Anti agingnya Kakaakkk... :D

Desember. Bulan yang ditunggu-tunggu pun tiba. Persis di tanggal 15 Desember 2020, kami sekeluarga berangkat menuju Rumbai. Perpisahan dengan keluarga (terutama Bapak dan Ibu) terasa begitu berat dan penuh dengan air mata. Aku hanya bisa mendoakan dari jauh, semoga keluarga di Jakarta senantiasa diberikan kesehatan, dilindungi dari segala marabahaya. Diberikan ketabahan, kesabaran dalam menjalani hari-hari di masa pandemi ini. Allah Maha Baik. Allah Maha Baik. Allah Maha Baik.

Dear 2021, please be good...


Isu Yang Meresahkan

  Isu Kemanusiaan Bikin Baper   Siswi SMP dipergoki sedang menerima panggilan pria hidung belang. Seorang anak tega membunuh ibunya ka...