Aqila Demam dan Campak

Dear Ibu-ibu yang tersayang,

Pengen share sedikit tentang kisah Aqila sakit kemarin, mengingat kemarin adalah sakit pertama Aqila yang lumayan bikin heboh, saya berharap tulisan ini bermanfaat bagi Ibu-ibu baru yang lagi sama-sama belajar juga.

Jadi ceritanya dimulai dari hari Minggu malem Senin, pada malam hari saat tidur, nggak biasanya Aqila tidur gelisah dan agak rewel. Biasanya Aqila tidur nyenyak dan jarang sekali bangun-bangun tengah malam. Hanya merengek sedikit tanda nyari nenen untuk memastikan Ibun nya ada di sebelahnya. Tapi malam Senin itu entah kenapa dia bolak balik bangun dan beberapa kali harus ditimang-timang dulu sebelum akhirnya tidur lagi. Malam itu saya pegang badannya memang agak hangat tetapi belum begitu panas. Di nenen pun memang kerasa bagian mulutnya cukup hangat.

Keesokan paginya, sebelum berangkat kerja, saya sudah pesan ke Tina -Mbak nya Aqila- kalau sekiranya Aqila tiba-tiba panasnya tinggi, kabari saya dan saya akan cepat pulang kerumah. Saya siapkan termometer untuk selalu cek panas Aqila. Benar saja, sekitar jam satu siang, saat dikantor, Tina menelpon saya dari rumah dan mengabarkan bahwa badan Aqila panas. Tanpa pikir panjang saya lansgung pamit ke manajer saya dan tancap gas pulang kerumah. Lubang di jalanan Graha Raya sudah tidak saya hiraukan lagi, mobil saya besut dengan kecepatan penuh.

Begitu sampai dirumah, saya pegang Aqila, ya Allah, badannya sudah panas sekali, saya cek panasnya sudah 39 derajat celcius (dc), saya pun segera menyusui Aqila, memberikan penurun panas Panadol lalu menempelkan pipi saya ke keningnya -skin to skin- berharap panasnya sedikit mereda. Sambil menyusui Aqila saya suruh Tina menyiapkan tas Aqila untuk pergi ke rumah sakit, ganti baju dan menelpon taxi. Saya sengaja naik taxi agar tetap bisa mendekap Aqila selama di perjalanan ke rumah sakit. Saya kabari Bapak dan Ibu saya untuk menuju rumah sakit juga -dari rumah mereka.

Sesampainya di rumah sakit Pondok Indah, panas Aqila sudah agak turun, sekitar 37.9dc, sehingga saya putuskan untuk mendaftar ke DSA instead of ke IGD. Alhamdulillah hari itu pasien dokter Yovita tidak begitu banyak, tidak lama setelah ditimbang, Aqila dipanggil masuk. Dokter Yovita kemudian memeriksa Aqila, diagnosa sementara demam tinggi diakibatkan oleh infeksi virus dan mungkin juga disebabkan oleh sedikit dahak yang ada di tenggorokannya. Kemudian dokter Yovita memberikan resep pencahar dahak dan surat pengantar cek darah apabila di hari ketiga which is Rabu, demamnya masih diatas 38dc. Saya pun pulang kerumah dan terus memantau perkembangan Aqila.

Malamnya Aqila masih rewel juga dan sekitar pukul 11 malam, panasnya sempat lebih dari 39dc, saya berusaha untuk sebisa mungkin tidak panik. Apalagi saat itu suami sedang tidak dirumah -masih bekerja di lokasi- jadilah saya minta bantuan Tina di tengah malam itu untuk membantu saya memberikan obat penurun panas ke Aqila. Sekitar pukul satu malam panasnya mulai turun dan Aqila bisa tidur nyenyak sampai pagi.

Keesokan harinya, saya kembali izin ke manajer saya untuk tidak ke kantor. Ibu saya kembali datang kerumah untuk membantu mengurus Aqila yang masih naik-turun panasnya. Tapi alhamdulillah di saat sakit pun Aqila masih selalu ceria, mau makan dan bermain-main seperti biasanya. Sorenya, Ibu saya pamit pulang kerumah. Habis maghrib, entah kenapa tiba-tiba Aqila panas tinggi lagi, saya pun menelpon Ibu saya karena panik dan akhirnya Bapak dan Ibu saya datang menjemput kami semua kerumah. Kata Ibu saya, selama Aqila sakit, tinggal saja dirumah Bunda -begitu saya biasa menyebut Ibu saya dengan panggilan Bunda. Sambil menunggu Ibu dan Bapak saya datang menjemput, saya hubungi sahabat dekat saya, Wiwid, yang juga berprofesi sebagai dokter. Wiwid memberikan intruksi apabila terjadi kondisi A atau B.

Dalam perjalanan menuju rumah Ibu saya, badan Aqila semakin memanas, sampai tubuh saya yang mendekapnya, dapat ikut merasakan panas dari tubuhnya. Saya terus menempelkan pipi saya ke kening Aqila yang sangat panas. Sesampainya dirumah Ibu saya, sekitar jam sembilan malam, saya cek panas Aqila, dan... ya Allah, panasnya sudah lebih dari 40dc. Saya pun sangat panik, sangattt... panikk... saya minta Bapak dan Ibu saya mengantarkan ke IGD. Karena yang terdekat adalah RS Puri Indah -masih satu grup dengan RS Pondok Indah- maka kami segera menuju kesana.

Jarak dari rumah Ibu saya ke RS Puri Indah sebenarnya cukup dekat -hanya sekitar 10-15 menit perjalanan. Tetapi entah karena kekhawatiran saya saat itu, jarak itu terasa begitu jauh nya. Rasanya air mata ini sudah mulai menggenangi mata saya dan bersiap untuk jatuh, tetapi saya kuatkan diri saya dengan doa dan dzikir di sepanjang perjalanan menuju ke RS. Saya yakinkan diri saya bahwa Aqila akan baik-baik saja. Saya pandangi dan ciumi Aqila yang sudah tertidur lemas dalam dekapan saya.

Sesampainya di IGD RS Puri Indah, Aqila kemudian diperiksa oleh dokter jaga. Saya menjelaskan kronologis demam Aqila dan obat apa saja yang sudah saya berikan sebelum ke RS itu. Untungnya, RS Puri Indah dan RS Pondok Indah ternyata bisa terkoneksi sehingga data Aqila di RS Pondok Indah bisa ditarik ke Puri Indah. Oleh dokter jaga, Aqila diberikan obat penurun panas merek Proris melalui dubur dan oleh suster jaga Aqila diberikan kompres air hangat di seluruh tubuhnya dan utamanya area leher dan ketiak. Perlahan-lahan panasnya mulai turun dan Aqila sudah bisa bermain-main lagi di tempat tidur rumah sakit. Melihat kembali tawa dan keceriaannya, hati saya sedikit terobati dari kesedihan.Tidak lama kemudian, Aqila pun diperbolehkan untuk pulang.

Aqila di IGD Puri Indah
Tetap malam itu saya sebisa mungkin terjaga untuk terus memantau kondisi Aqila. Saya minta Tina untuk tidur dikamar saya, agar kapanpun saya membutuhkan bantuan untuk memberikan obat atau minum, ada Tina yang siap membantu.

Keesokan pagi nya, saya tetap tidak mau meninggalkan Aqila ke kantor. Benar saja, saya pantau ternyata panas Aqila masih 38.1dc. Sesuai dengan himbauan dokter Yovita, pagi itu saya bawa Aqila ke RS Pondok Indah untuk cek darah, memastikan penyebab demam tinggi nya yang terus naik-turun. Sekitar pukul satu siang hasil darah keluar dan kemudian dibacakan oleh dokter Yovita. Dari hasil cek darah menunjukkan bahwa panas Aqila disebabkan oleh infeksi virus, bukan infeksi bakteri ataupun -yang sangat kami takutkan- demam berdarah. Mendengernya saya sangat lega, berarti Aqila tinggal butuh istirahat lebih banyak lagi, makan makanan yang bergizi dan minum banyak cairan. Malam harinya Aqila masih juga sesekali bangun agak rewel, mungkin masih ada sakit dalam tubuhnya yang tentu saja tidak bisa dia ungkapkan.

Aqila yang manyun, mungkin tau mau diambil darah, he he
Esoknya, berarti sudah hari Kamis pagi, karena sudah izin tiga hari dari kantor, dan saya lihat Aqila sudah tidak panas, saya pun memutuskan kembali bekerja. Tetapi Aqila dan Tina tetap masih tinggal dirumah Ibu Bapak saya, untuk berjaga-jaga siapa tau kembali panas dan harus segera ke rumah sakit. Ternyata lewat telpon dari kantor, Tina mengabari kalau dirumah Aqila sudah tidak panas lagi. Alhamdulillah...

Sehari berlalu, Jumat malam, sepulangnya dari kantor, saat mengganti baju Aqila, saya lihat ternyata ada bercak-bercak merah diseluruh punggung dan dada Aqila ya Allah... saya kaget sekali. Kata Ibu saya, istilahnya orang jaman dulu, itu namanya Kerumut. Langsung saja saya browsing kerumut pada  bayi, ternyata versi kedokteran nya penyakit ini dinamakan Campak. Saya kembali hubungi sahabat saya, Wiwid, untuk berkonsultasi dan juga banyak browsing di website-website khusus kesehatan bayi dan anak. Ternyata demam tinggi beberapa hari kemarin yang naik-turun itu adalah masa menuju ke campak. Memang campak kemudian akan muncul begitu panas sudah turun. Saya kurang paham bagaimana penjelasan metodologis nya. Tetapi kira-kira begitu. Campak akan keluar setelah demam tinggi selama satu sampai tiga hari.

Karena sudah beberapa hari ini Aqila banyak mendapatka asupan obat-obatan, saya (dan suami) pun memutuskan untuk tidak membawa Aqila ke dokter lagi. Aqila hanya butuh banyak tidur untuk pemulihan, banyak makan makanan yang bergizi tinggi, buah-buahan dan air putih. Kembali perhatian ekstra saya berikan untuk Aqila. Sampai-sampai -maaf- area puting lecet karena saya banyak menyusui Aqila yang sekarang sudah banyak giginya. Tetapi saya tahankan sakitnya demi Aqila, karena biar bagaimanapun -walau saya sudah mau tidak mau mencampur ASI dengan sufor- tetap saya selalu berikan ASI yang ada ke Aqila sesering mungkin.

Hari ini berarti sudah seminggu dari Aqila mulai demam, alhamdulillah kondisi Aqila sudah membaik, bercak merah nya pun sudah semakin berkurang. Tinggal menunggu bercak benar-benar hilang sambil terus memantau kondisi Aqila.

Ibu-ibu yang saya banggakan, kita tahu benar, ketika anak sakit, dunia ini serasa gelap dan gamang. Pikiran kita dirundung kekhawatiran dan kesedihan yang teramat sangat. Tapi percayalah, kita semua adalah kunci kesehatan anak-anak kita. Kasih sayang, perhatian, cinta, kekuatan, kesabaran, kelembutan dan kekuatan serta doa kita, adalah obat yang paling mujarab bagi anak-anak kita tercinta.

Disini juga saya ingin menyampaikan TERIMA KASIH yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak, dan khususnya saudara-saudara dan sabahat-sahabat saya semua yang sudah begitu baik kepada saya selama Aqila sakit kemarin, yang tidak hentinya memberikan doa, perhatian dan supportnya kepada saya dan kepada Aqila khususnya.

Saya berdoa, agar kita semua dan terutama anak-anak kita, senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Amin amin amin ya rabbal alamiinn..

With Love,
Ibun Aqila



Comments

Popular Posts