Friday, February 28, 2014

Aqila's First Diarrhea

There's always the first time of everything... And after that.. It becomes a lesson learned.. #babydiarrhea

Itulah kalimat yang saya tuliskan di Path waktu posting foto Aqila yang sedang tertawa centil saat sedang menunggu dokter di RSPI kemarin pagi. Padahal kita sedang menunggu dokter karena Aqila kena diare. Yup, malam sebelumnya, sesampainya dirumah, sepulang dari kantor saya dikejutkan dengan informasi dari Fatimah -Mbak nya Aqila- bahwa Aqila sudah bolak balik pup hari itu. Saat itu saya langsung tau, Aqila pasti diare.

PANIK? Wow jangan ditanya. Karena ini adalah diare pertama Aqila. First time I try to recall what was the possible cause for this. Selanjutnya, saya bbm semua orang (baca: ibu-ibu teman saya) dan menanyakan pendapat mereka apa yang harus saya lakukan. Ada yang menyarankan untuk dibawa ke dokter, ada yang menyarankan untuk memberikan lacto-b, ada yang bilang jangan kasih sayur dan buah (OMG! Trus Qila makan apa dong, makanannya kan masih dominan sayur buah), ada yang bilang suruh banyak minum air putih, dll.

Dari mungkin 10 orang (emm.. nggak sepuluh juga sih, mungkin enam atau delapan :p) semua menyarankan hal yang berbeda. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk mendaftarkan Aqila ke RSPI by phone untuk diperiksa besok paginya. Kebetulan dr. Yovita praktek siang jadi saya putuskan untuk daftar ke dr. Setyowati saja yang praktek dari jam sembilan pagi.

Besoknya, Aqila diperiksa oleh dr. Setyowati yang sangat baik dan ramah, Aqila diperiksa perut, mulut, dan lainnya. Kemudian diberikan resep obat bubuk Lacto-b yang bisa dicapurkan di makanan/minuman nya, lalu juga diberikan Pedialit, cairan oralit dan disarankan untuk mengganti sufor nya sementara ke sufor yang free lactose.

Alhamdulillah setelah pulang dari rumah sakit saya semakin tenang karena semua sudah dijelaskan dengan baik oleh dokter Setyowati. Apalagi saya lihat Aqila masih aktif bermain dan tidak terlihat lemas, juga tidak demam. Hari itu saya putuskan tidak bekerja dan memilih untuk menghabiskan waktu bersama Aqila dirumah.

Hari ini berarti hari kedua pengobatan dia, pesan dari dokter Setyowati, kalau sampai besok pagi pup nya masih cair sekali, Aqila harus ke rumah sakit untuk test lab. Semoga Aqila cepat sembuh. Amiin yra..

with love,

ibun

Saturday, February 22, 2014

Make Up


Primer: Benefit POREfessional
Foundation : MAC
Compact powder: MAC
Loose powder: The Body Shop
Eye shadow: NYX + The Body Shop
Eye liner: L'oreal Maybelline + NYX
Eye brow: Viva + NYX
Mascara: L'oreal Maybelline
Lipstick: Make Up For Ever
Lip gloss: NYX
Blush On: The Body Shop + MAC
Falsies: Bilqis


Weekend Routine

 Seperti biasa, weekend saya habiskan di rumah Ibu saya. It's nice to be at HOME on the weekend. Masakan Bunda, suara hujan, a cup of coffee in the morning sambil denger gemericik air kolam, mainan sama keponakan dan tidur dikamar sendiri tu nyamannya ga ada yang ngalahin deh..

Sayangnya weekend ini jadwal tidak selonggar biasanya. Malem ini terpaksa harus kerja karena ada event dan besok siang ada jadwal arisan ibu-ibu alumni SBM ITB ^_^ walau sekarang sudah pada punya baby harus tetep eksis dooong..

Have a nice day everyone! Have a great time with your family! Have a good rest and comfort food! Go shopping! :D

xoxo,
ibun

Tuesday, February 18, 2014

Jakarta!

Mestinya sih kemacetan jakarta sudah bukan hal yang aneh lagi buat saya, dan mayoritas penduduk jakarta. Tapi entah kenapa hari ini kemacetannya bikin sampai sempet ngelamun ini itu panjang kali lebar A sampai Z saking macetnya! :D

Dimulai tadi pagi, saya berangkat ke kantor dari rumah ibu saya pukul enam lewat lima menit. FYI, weekend biasanya kami habiskan dirumah orang tua saya, dari hari jumat malam sabtu, sampai minggu malam senin. Di hari senin nya saya berangkat kekantor dari rumah ibu, sementara aqila dan mbak-mbak nya, diantar pulang oleh atuk. Dan tadi pagi entah kenapa rasanya macet sekali. Saya sendiri adalah tipe pengendara, yang semisalnya kondisi sudah terlalu macet, saya tipikal yang pasrah dan terlalu malas untuk seradak seruduk kiri kanan. Itu juga sepertinya yang membuat perjalan kekantor pagi ini sampai 2,5 jam. Karena saya terlalu banyak ngalah di jalan. Saya sampai dikantor pukul setengah sembilan. Alhamdulillah (masih selamat).

Hari itu pun dimulai dengan segelas kopi seperti biasa. Mood pun bisa kembali pulih dan bekerja dengan baik. Sore ini mau fitness dalam hati saya. Dan dibarengi dengan masuknya bbm dari Firman si personal trainer yang meyakinkan lagi bahwa sore ini saya harus latian. (Btw thank you for being so galak to me ya Firman.. Sebulan turun 4 kilo lumayan banget..)

Sekitar jam empat sore, saya telpon kerumah seperti biasa untuk cek makan sore aqila, sudah mandi atau belum, sudah minum susu atau belum, lagi ngapain, dan sebagainya. Tiba-tiba kata si Fatimah mbak nya Aqila..

"Bu, lampu dapur mati, jadi gelap," (ya udah nanti pulang fitness dibeliin bohlam)

.......taunya........

......tidak cuma itu.....

"Bu, kunci kamar kebawa Ibu ya. Aqila mau mandi baju nya kan didalem semua."

.......Oh my God......

*ambil bb, langsung bbm firman*

"Firman, saya nggak latihan ya hari ini. Kunci kamar kebawa, anak saya diluar kamar."

"Oouuww.. Oke mbak" kata Firman.

Jam lima lewat, hampir setengah enam, saya keluar kantor dan langsung kebut menuju rumah. Tancap gasssss terus.

Sampai di rumah, lupa beli bohlam, keluar lagi ke Alfa Mart deket rumah beli bohlam sekalian ke Toko Susu Mimi beli susu dan diapers Aqila.

Sampai rumah lagi makan, mandi, langsung momong Aqila. Kita telpon Ayah yang ternyata udah tidur dan ngobrol-ngobrol sebentar.

Tutup telpon, nidurin Aqila. Aqila tidur, gue ngelamun, ngetik-ngetik blog mengingat hari ini. Pergi kerja mau cari duit kena macet, pulang kerja mau ketemu anak juga macet. Capek sih sebenernya, capek bgt malah. Belum lagi kondisi masih pisah dengan suami itu tidak mudah.

Tapi masih banyak hal yang harus disyukuri. Bagaimanapun, banyak yang masih lebih susah daripada kita. Bersyukur dan bersabar, serta senantiasa berusaha dan berdoa. Semangaaaatt!!!

Thursday, February 13, 2014

Kangen Ayah. Kangen Aqila.

Rasanya setiap hari, setiap waktu, setiap detik, selalu ngerasa kangen sama Ayah dan Aqila. Kangen Ayah karena saat ini terpisah jarak Jakarta-Duri dan kangen Aqila karena terpisah jarak Kantor-Rumah, he he

Entah kenapa mereka berdua selalu berhasil bikin kangen si Bunda. Karena kalau lagi kumpul bertiga selalu aja ada hal yang lucu dan seru yang bisa kita lakuin. Seperti ritual Peluk Bertiga dan jalan-jalan bertiga kalau weekend. Kenapa bertiga? karena Mbak nya Aqila -Mbak Fatimah- itu ga kuat dibawa jalan pakai mobil, mudah mual, jadi kalau weekend kita seringkali pergi cuma bertiga. Hunting nasi goreng -makanan favorit Ayah- atau Mie Ayam abang-abang favorit kita. he he

Salah satu hal yang saya yakini mengapa saya dipertemukan dengan Mas Wawan sebagai jodoh saya, salah satunya adalah kesamaan hobi makan... dan jenis makanan yang sama. Kita agak sedikit 'alergi' dengan makanan yang rapi dan apalagi... mahal! he he Jadi jangan bilang kita berdua norak kalo kita belum pernah makan di SKYE mulai dari resto ini hittzzz masuk di semua social media orang-orang, juga Loobie Lobster dan bahkan Holycow pun belum pernah kita kunjungi, boro-boro ke UNION atau apalah lagi yang lain-lainnya yang wajib-kudu-di-Path-kalo-lagi-disana, he he *big grin* Mungkin satu-satu nya makanan rapi favorit kita cuma, Sushi Tei, itu udah paling rapi kayaknya. Sisanya? Kita lebih memilih hunting nasi goreng abang-abang yang enak, sate padang, Roti Bakar Edy Bintaro dan Pattaya Bintaro. Sayangnya, kadang makanan-makanan ini agak sedikit jorse' aka jorok dan ga sehat sih dengan minyak antah berantah..

Ahhh... pokoknya kangen Ayah dan Aqila. Itu saja. :D

Safety = Keselamatan

Saat ini saya bekerja di salah satu industri yang pekerjaan utamanya termasuk jenis pekerjaan yang high risk. Di lokasi pemboran minyak dengan begitu banyak peralatan berat tentu rentan terjadi kecelakaan dari kecelakaan kecil/near miss hingga menyebabkan kematian/fatality. Masalah safety/keselamatan kerja menjadi concern utama kami melebihi segala-galanya. Percuma saja produktivitas tinggi tetapi banyak orang yang terluka. Kami ingin produktivitas tinggi dengan kerja yang aman.


Saya sendiri tidak termasuk karyawan yang bekerja di rig, bukan.. Cukup suami saya saja, he he Saya sendiri bekerja di main office, menjadi salah satu business strategic support. Pokoknya hanya cengcereme biasa lah.. :D Tetapi, tidak bekerja di lapangan bukan menjadi alasan kami -orang-orang yang dikantor- untuk tidak mengerti akan prinsip kata SAFETY. Kenyataannya, mulai dari hal terkecil, banyak kecelakaan kerja bisa saja terjadi di dalam kantor. Saya akan berikan contohnya di pos lainnya, kali ini masalah safety yang ingin saya bahas lebih kepada kecelakaan di jalan dan mengapa saya begitu concern terhadap hal berikut.



Persis kemarin pagi, saat sedang macet-macetan di tol jorr arah veteran, saya memperhatikan dari spion, pengendara mobil dibelakang saya sedang menyetir sambil memainkan iPad. Yak, bukan iPhone melainkan iPad! Memang, pengendara itu memainkannya saat mobil melaju dalam kecepatan yang sangat rendah mengingat kondisi jalan saat itu sedang padat merayap menuju pintu bayar tol Veteran. Tampaknya remeh saja, karena toh, seribu juta orang diantara kita melakukan hal yang sama. Posting keadaan jalan yang macet dan memainkan gadget while driving seolah sudah menjadi budaya warga Indonesia yang lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan gadget nya, lol :D



Oke, back to iPad anyway, saya diingatkan oleh kejadian sekitar dua yang lalu. Di suatu siang di hari Sabtu, saya menyetir mobil dari Bekasi menuju ke rumah di daerah Ciledug melalui tol dalam kota. Kebodohan terjadi ketika saya ingin memposting kondisi jalan yang macet melalui iPad untuk di post di aplikasi social media Path -___-" Karena terlalu sibuk dengan iPad saya tidak bisa memperkirakan jarak dengan mobil didepan saya hingga bisa ditebak, saya menyebabkan kecelakaan beruntun tiga mobil (mobil saya menabrak kijang innova milik Cipaganti kemudian Cipaganti mendorong mobil Avanza milik pribadi). Hari itu saya habiskan satu juta rupiah sebagai permintaan dari si pemilik Avanza dan sekitar 600 ribu untuk mengganti biaya klaim asuransi Cipaganti.



Saya kemudian teringat pesan Ibu saya yang selalu mengingatkan "JANGAN MAIN HP KALO LAGI NYETIR." yang sepertinya sudah dua puluh juta kali saya dengar namun tidak juga saya gubris. Tapi setelah kejadian itu, ditambah lagi saat ini sudah bekerja di dunia oil and gas yang menekankan SAFETY FIRST, SAFETY ALWAYS, saya sudah tidak mau lagi bermain-main gadget sambil menyetir mobil.



Jangan tunggu 'kejadian' dulu baru berubah. Itu saja pesan saya :)

Friday, February 7, 2014

My New Make Up Collection

Look who's the new member of my make up box!? Thanks to Ardia yang sudah mau dititipin pas business trip ke KL, sering-sering dines ya! Yeaayy! Can not wait to try this tomorrow! :D

Living the Uncertain Life

Sadar atau tidak, sebenarnya kita hidup dalam ketidakpastian.

Mengapa saya mengatakan demikian?

Karena kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi besok, lusa dan seterusnya. Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah melakukan yang terbaik dalam hidup kita. Belajar dengan sebaik-baiknya, menjadi pribadi yang lebih baik, bekerja dengan sebaik-baiknya, menjadi orang yang baik bagi semua orang yang jahat sama kita, mengurus keluarga dengan baik, menjadi partner yang baik.

Toh pilihan kata nya cuma BAIK. Ya iya lah, apalagi yang bisa kita lakukan selain itu? Menjadi jahat, buruk, jelek, menyebalkan, tentu bukan pilihan kalau kita ingin hidup lebih baik.

Setiap individu selalu tertantang untuk menjadi lebih baik. Kemudian biasanya di awal tahun kita memasukkan semua yang baik-baik dalam urutan resolusi hidup kita. Praktek nya tentu tidak mudah, karena kita MANUSIA. Masih bisa kesal, masih bisa emosi, masih bisa galau *istilah anak jaman sekarang* :p

Pada akhirnya saya pribadi melihat bahwa hidup ini -selain USAHA MAKSIMAL- pilihannya cuma SABAR, IKLHAS dan DOA. Sabar mencapai cita-cita, sabar menunggu jodoh datang, sabar menunggu naik gaji :p lalu ikhlas dikatain orang, ikhlas dimarahin orang, ikhlas karir nya disalip orang. Mungkin yang nyalip doanya lebih banyak, he he

Satu yang pasti, tidak akan putus rezeki kita, apabila kita selalu memohon doa kepada kedua orang tua kita dan terutama IBU. Sebagian yang mungkin tidak seberuntung kita, sudah tidak punya Bapak dan/atau Ibu, jangan lupa untuk selalu mendoakan mereka sebanyak yang kita mampu.

#curhatIbuMuda yang lagi agak galau sedikit tentang kehidupan yang tidak pasti. xoxo

Thursday, February 6, 2014

Ibu, Ibu, Ibu

Lunch time hari ini, saya janjian dengan Mbak Putri, teman saya semasa kuliah S2 di Prasetiya Mulya Business School dulu. Kebetulan gedung kantor Mbak Putri PERSIS bersebelahan dengan gedung kantor saya. Kurang dari sebulan yang lalu, Mbak Putri baru saja kehilangan Ibu nya, yang meninggal karena sakit. Innalillahi wa innailaihi rojiun. Saat itu saya datang melayat ke rumah Mbak Putri di daerah Rempoa bersama beberapa teman sekelas dulu. Dan baru hari ini, setelah lewat beberapa minggu saya baru punya kesempatan untuk bertemu Mbak Putri lagi, yang biasa saya panggil MbaPud. Sebelumnya, kita sudah pernah beberapa kali janjian saat jam makan siang untuk sekedar ngobrol-ngobrol ringan seputar pekerjaan sampai mendengarkan cerita MbaPud selama masa perawatan almarhum Ibu nya di rumah sakit.

Hari ini, kita memilih resto Tosoto di gedung kantor MbaPud dengan menu sate ayam dan nasi putih PLUS Es Jeruk. Karena sebelumnya kita selalu ketemuan di gedung kantor saya. Seperti sudah pasti akan tau apa topik pembicaranya, dan antara siap atau tidak siap -karena saya adalah tipe yang cenderung melankolis, cengeng, sensitif dan gampang nangis kalau biacara soal IBU- toh akhirnya kita mulai ngobrol lagi tentang almarhum Ibu MbaPud semasa sakit sampai akhirnya meninggal dunia di pagi hari itu. Sesekali air mata MbaPud berlinang, saya pun tidak kuasa menahan air mata mendengar cerita nya dan membuat saya jadi teringat dengan Ibu saya. Sesekali MbaPud mengambil tissue yang disediakan resto karena tidak kuat menahan air mata nya.

Jujur saja, sebelum menjadi Ibu dari seorang anak, saya selalu mellow dengan hal yang berkaitan dengan Ibu. Apalagi setelah saya sudah punya anak. Walaupun mungkin apa yang saya lakukan hingga saat ini baru seper-seratu-ribu-juta dari total perjuangan seorang Ibu yang sesungguhnya. Saat saya datang melayat ke rumah MbaPud, saya sengaja melihat almarhum Ibu MbaPud sesudah dimandikan saat sedang dikafani. Saya tau benar saya tidak akan kuat melihatnya, tetapi saya paksakan. Saya ingin kembali mengingatkan diri saya, bahwa suatu saat kita akan berpisah dengan Ibu kita, dan dalam hitungan waktu duniawi, waktu kita begitu sedikit untuk membalaskan semua kebaikan mereka semasa hidup kita.

Makan siang kami pun dihiasi dengan cerita haru diselingi tawa kecil. Saya tahu benar bagaimana perjuangan MbaPud menemani dan mengurus alhmarhum Ibu nya di rumah sakit semasa perawatan. Rute Cilandak-Bintaro (RS Int'l Bintaro), Cilandak-Slipi (RS Dharmais) dengan kemacetan Jakarta yang diluar akal sehat, seperti sudah menjadi menu sehari-hari MbaPud sepulang kerja. Tapi alhamdulillah, almarhum Ibu pergi dengan tenang dan tersenyum. Terdengar kabar bahwa semasa sakitnya, Ibu nya sering bercerita kepada saudara dekat dan teman-temannya saat mereka menjenguk, bahwa yang mengurus dia semasa sakitnya adalah Putri, dan almarhum juga sempat mengucapkan menitipkan Putri kepada mereka.

Pelajaran hari ini, cintailah Ibu, patuhilah nasihatnya, uruslah dia semaksimal mungkin yang kita bisa, pahamilah mereka. Waktu kita tidak banyak. Jangan pernah sia-sia kan mereka. Curahkanlah cinta, kasih sayang dan perhatian kita untuk mereka. Sempatkanlah untuk menelpon mereka ditengah kesibukan kita. Doakan mereka setiap saat. Percayalah, bahwa mereka selalu mendoakan kita jauhhhhh lebih banyak setiap hari nya.

Misteri #ASI



Perkembangan teknologi yang begitu pesat menciptakan banyak penemuan/teori baru yang canggih dalam bidang kedokteran maupun kesehatan masyarakat. Penelitian demi penelitian dilakukan oleh para ahli untuk terus menggali ilmu baru yang berkaitan dengan kesehatan manusia demi melawan kondisi lingkungan, udara, air yang justru semakin hari kian memburuk. Termasuk diantaranya perkembangan ilmu bidang kesehatan reproduksi, kandungan dan kelanjutannya dengan perkembangan ilmu tumbuh kembang bayi.

Pemberian ASI eksklusif sampai dengan enam bulan pertama dan pemberian ASI sampai dengan 24 bulan pun belakangan ini menjadi buah bibir di kalangan ibu-ibu muda masa kini yang semakin cerdas dan melek teknologi. Ratusan konsultan laktasi bergiat mengkampanyekan pentingnya pemberian ASI ekslusif didukung dengan ribuan artikel di internet tentang teknik pemberian ASI hingga teknik penyimpanan ASI Perah atau yang lebih dikenal dengan istilah ASIP. Kalimat-kalimat seperti "Full ASI nggak?" "Pakai pompa apa?" "Sekali mompa dapet berapa?" "Nyimpennya pakai botol kaca atau plastik ASIP?" sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pun juga foto-foto ASIP dan stock ASIP di kulkas yang diunggah ke social media Instagram atau Path yang sudah menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari.

Sebuah organisasi pendukung gerakan ASI ekslusif pun didirikan oleh beberapa Ibu-ibu muda yang tidak hanya keren, cantik tapi juga smart. Siapa yang tidak kenal dengan AIMI? Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Saya pertama kali mengenalnya saat tengah menyelesaikan studi S2 saya di Prasetiya Mulya Business School. Cesiorina atau yang lebih akrab dipanggil dengan Ori, sahabat saya semasa kuliah, adalah salah satu dari pengurus organisasi tersebut. Sebagai tambahan, Kakak dari Ori, yaitu Kak Cessy, bahkan adalah salah satu konsultan hebat di AIMI. Luar biasa mengingat tidak sembarang orang bisa menjadi konsultan ilmu ASI atau istilahnya Laktasi.

Hampir selama dua tahun, Ori banyak bercerita tentang ASI kepada saya dan Dita -sahabat saya yg lainnya- yang saat itu dua-duanya masih 'ehem' Gadis :D Ori kerap bercerita mengenai pentingnya ASI, cara memberikannya, pompa-memompa, penyimpanan di kulkas, tentang kegiatan AIMI, dsb yang saat itu masih terasa asing di telinga saya dan Dita. Namun entah mengapa, karena saya melihatnya sebagai sesuatu yang menarik, cerita Ori begitu tertanam dalam benak saya. Sehingga timbullah semangat yang membara, "YA, SAYA AKAN MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF 2 TAHUN KEPADA ANAK SAYA KELAK SEPERTI HALNYA ORI!!"

Waktu terus berjalan... Kami lulus dari studi S2 kami dan resmi menyandang gelar Magister Manajemen. Masing-masing dari kami kemudian melanjutkan hidup dan karir masing-masing. Dita bekerja di Tripatra, perusahan Engineering lokal berskala internasional, Ori kemudian bekerja di Savana Furniture, merek furnitur lokal berkualitas internasional dan saya join ke The Body Shop Indonesia pada saat itu. Selang sekitar 6 bulan dari wisuda S2, Mas Wawan melamar saya dan kemudian kami menikah bulan Oktober tahun 2012.

Semangat memberikan ASI eksklusif 'hasil doktrin-an' dari Ori masih terus membara dalam diri saya. Hingga memasuki bulan ke-8 kehamilan saya pun sibuk berbelanja keperluan ASI mulai dari pompa yang bagus -manual dan elektrik-, botol kaca, plastik ASIP, breast pad, bottle sterilizer, dot, bottle warmer, breast shell, dsb. Hingga menunggu hari-H kelahiran, semua 'senjata ASI eksklusif' sudah ditangan saya.
Peralatan perang persiapan ASI ekslusif saat itu. Semua dari Medela, Avent dan Dr. Brown.

Pada hari Rabu, 19 Juni 2013 -tiga minggu lebih cepat dari prediksi Dokter Kandungan saya- Aqila lahir di RS International Bintaro dengan proses kelahiran normal dengan induksi dalam 2x tanpa ILA atau epidural lainnya. Dengan berat 3,005 gram dan panjang 15 kilogram, alhamdulillah Aqila lahir dengan sehat dan lengkap. Kami pun pulang dari rumah sakit dengan catatan bilirubin normal yaitu delapan. Hingga satu minggu setelah kelahiran, saat pengecekkan bilirubin, menunjukkan angka 20, Aqila dinyatakan kuning dan harus segera di opname untuk menurunkan bilirubin nya. Hal ini konon dipicu oleh golongan darah Ibu yang berbeda dengan bayi sehingga rentan membuat bilirubin menjadi tinggi. Untuk catatan para Ibu, penting untuk mengentahui golongan darah bayi sebelum pulang dari rumah sakit, dan harus diwaspadai apabila berbeda dengan Ibu nya.
Foto Aqila baru lahir di RS Int'l Bintaro

Sebagai Ibu muda saya pun sangat panik dan bersama dengan Mas Wawan saat itu langsung mencoba menyiapkan opname Aqila. Sangat disayangkan saat itu alat sinar di rumah sakit Bintaro sedang dipakai semua dan mereka mencoba menyarankan kami untuk pindah rumah sakit. RSPI pun menjadi pilihan kami. Hari itu juga, kami bawa Aqila ke UGD RSPI agar mendapat penanganan yang lebih cepat. Dan benar saja, masih tersisa satu alat lagi untuk sinar. Hasil pengecekkan di RSPI menyarankan kami agar Aqila disinar dengan triple light atau tiga sinar sekaligus. Hati saya pun sangat sedih dan miris mendengarnya. Saya memilih menggunakan kamar opname sendiri dimana bayi didalam kamar opname dan saya bisa ikut menginap disana agar setiap saat dapat mengawasi perkembangan Aqila. Setelah melalui proses administrasi yang cukup panjang, akhirnya Aqila masuk kedalam kamar. Hanya dengan menggunakan popok, Aqila dimasukkan kedalam box dan disinari dengan 3 sinar sekaligus. Sekilas dirasa oleh tangan orang dewasa, sinar itu tidak begitu panas, tetapi bagi seorang bayi berusia satu minggu dengan kulit yang begitu tipis tanpa sehelai benang pun menutupi, saya yakin sinar itu terasa cukup panas bagi Aqila.

Dokter anak jaga hari itu pun kemudian menyarankan saya untuk memberikan tambahan susu formula untuk Aqila agar bilirubin nya segera turun, karena bilirubin yang tinggi dan terus menerus dapat membahayakan otak nya. Saya yang saat itu masih 'keukeuh' memberikan ASI eksklusif pun kemudian luluh dan menangis sesenggukan dikamar, meratapi kenyataan bahwa mau tidak mau Aqila harus diberikan asupan susu formula. Tetapi Mas Wawan merangkul saya dan meyakinkan bahwa itu semua demi kebaikan Aqila. Saya tidak berhenti menangis saat itu.

Sambil memandangi tubuhnya yang mungil dan kering terpapar sinar dari lampu-lampu biru itu, saya masih selalu menyempatkan diri untuk memompa ASI sebanyak-banyaknya hanya agar ASI tetap mendominasi cairan yang masuk ditubuhnya -selain susu formula sebagai tambahan. Sayur daun katuk dan bubur kacang hijau buatan Ibu Mertua yang dikirimkan ke rumah sakit setiap pagi menjadi makanan utama saya hingga terasa hambar karena hanya selalu menu itu yang paling banyak masuk ke tubuh saya. Konon sayur katuk dan kacang hijau dapat menambah volume ASI dan kandungannya juga bagus. Terlepas dari benar atau tidaknya saya mencoba menurut demi Aqila.

Hari demi hari, angka bilirubin Aqila pun semakin mengecil walau harus dibarengi dengan kulit nya yang terkelupas karena panas terjemur sinar berhari-hari. Alhamdulillah, setelah kurang lebih empat hari di rumah sakit, Aqila boleh dibawa pulang. Saya pun kembali ceria. Sesampainya di rumah, pemberian susu formula pun sempat dihentikan karena saya masih 'keukeuh' untuk kembali memberikan ASI eksklusif. Saya masih terus beradaptasi memiliki bayi baru, dengan segala macam cara merawat nya yang -saya pikir saat itu- terbaik yang bisa saya lakukan. Aqila dijemur didepan rumah setiap pagi, walaupun saya sempat kecil hati karena seringkali matahari tidak memberikan cahaya nya, mendung menghiasi langit Jakarta.
Aqila usia 1 minggu saat dirawat dengan triple led di RSPI. Hanya menggunakan popok dan penutup mata.

Kurang lebih empat hari setelah Aqila kembali dari rumah sakit, Mas Wawan pun mendapat perintah untuk berangkat ke lokasi seperti biasa. Tinggallah saya dirumah bersama Ibu dan Bapak mertua yang menemani. Sebagai Ibu baru yang minim informasi, ditambah dengan hormon pasca melahirkan yang tak menentu, PLUS suami yang tidak mendampingi membuat saya sangat kikuk dan cukup panik saat itu. Konflik dengan Ibu mertua mengenai cara merawat dan membesarkan bayi pun tidak bisa dihindari. Saya tidak pernah menyalahkan Ibu mertua saya, bagaimana pun, seorang Ibu akan memberikan yang terbaik untuk anak dan cucu pertama kesayangannya. Tetapi kondisi saya saat itu, dengan mood yang naik-turun bak roller coaster tidak jarang membuat kami berselisih paham dan saya pun merasa sedih dan menangis. 40 hari pertama harus saya habiskan dirumah mengikuti ritual orang tua jaman dulu yang melarang ibu dan bayi baru untuk keluar rumah terkecuali untuk pergi imunisasi ke rumah sakit. Saya tau, Ibu mertua saya menerapkan itu demi pemulihan saya pasca melahirkan dan kondisi kesehatan Aqila yang harus terus dijaga.

Konon katanya, apabila kita merasa sedih dan tertekan, hal ini akan berpengaruh signifikan pada jumlah produksi ASI di tubuh kita. Dan terbukti saat itu, hasil pompa saya dirumah hanya berkisar 20-40 cc. Bahkan pernah suatu kali, dalam kesedihan saya yang teramat sangat, saya memompa payudara (PD) saya, dan ASI tidak keluar sama sekali. Kondisi yang terus berlanjut ini, akhirnya membuat orang-orang disekitar saya seperti mertua dan Ibu kandung saya sendiri menyarankan agar Aqila diberikan tambahan susu formula agar lebih kenyang. "Kasihan Aqila.." begitu kata mereka. Saya pun akhirnya goyah, "Apa benar begitu..?" dan sebagai anak yang menurut kepada orang tua, saya pun akhirnya mengikuti saran mereka dengan "Bismillah. Ya Allah maafkan saya, bukan saya bermaksud jahat kepada Aqila, saya pantang melawan orang tua, semoga Allah mengerti maksud hati saya, lindungilah selalu Aqila, kesehatannya adalah segala-galanya bagi saya."

Aqila kembali mengkonsumsi susu formula sebagai tambahan walau tetap ASI saya mendominasi cairan yang masuk ke tubuhnya. Mungkin memang benar kata orang (yang konon didasari hasil penelitian) karena mendapat tambahan susu formula, produksi ASI saya pun tidak banyak, dipompa hanya kisaran 50 cc maksimum 70 cc padahal sekali minum, Aqila bisa menghabiskan sebanyak 100cc saat itu. Sehingga hasil pompa yang saya simpan di kulkas untuk stock ASIP selama bekerja pun seringkali habis. Saya pun menjadi sedikit kecil hati dan sedih seolah berpikir "Ya Allah, mengapa saya tidak bisa memberikan yang terbaik untuk Aqila?" Dukungan positif pun terus berdatangan dari sabahat-sahabat terdekat yang sangat pengertian, mereka meyakinkan saya, bahwa dalam kondisi saya, memberikan Aqila tambahan susu formula bukan berarti saya adalah Ibu yang jahat.

Tiga bulan pasca melahirkan saya harus kembali bekerja karena cuti sudah habis. Beberapa minggu sebelum kembali bekerja, saya pergi ke ACE Hardware untuk membeli tas Igloo dan ice pack untuk persiapan membawa pulang ASI yang saya perah selama dikantor. Saya pompa ASI tiga kali sehari, saya pompa dikamar mandi karena kantor tidak punya fasilitas ruangan untuk memompa ASI. Saya hanya mendapat kurang lebih 400cc/hari yang (again) selalu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minum Aqila. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah ASIP yang saya bawa pulang pun semakin sedikit. Saya pun kembali sedih dan merasa berdosa. Kembali lagi, teman-teman dikantor yang sudah lebih dulu punya bayi, menguatkan diri saya. Beberapa dari mereka juga 'terpaksa' harus membuang perasaan egois dan memberikan tambahan susu formula bagi bayi mereka yang ditinggal dirumah.

Hingga saya menulis blog ini, Aqila sudah berusia kurang lebih tujuh bulan memasuki delapan bulan dan sudah mulai makan pendamping ASI atau istilahnya MPASI. Alhamdulillah setiap hari saya masih bisa membawa pulang ASI walau hanya sedikit sekali 100-150 cc. Aqila masih mendapat tambahan susu formula, yang saya pilih yang terbaik menurut saya dan suami saya. Dan alhamdulillah juga, Aqila cukup kuat dan tidak sering sakit seperti yang orang-orang bilang biasanya akan dialami anak-anak yang minum susu formula. Semoga Aqila selalu sehat. Itulah yang terpenting.

Tidak jarang, orang lain sangat menyayangkan dan bahkan mencibir Ibu-ibu yang memberikan susu formula kepada bayi nya. Hati saya miris mendengarnya. Ingin rasanya saya bilang "Semua Ibu, apabila punya kondisi dan kesempatan yang sama, PASTI PASTI PASTI sangat ingin memberikan ASI eksklusif untuk buah hatinya. Tetapi satu hal yang perlu diingat, karena situasi dan kondisi yang terdesak, memberikan bayi tambahan susu formula juga BUKAN AKHIR DARI SEGALANYA."

Saya hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, agar kelak jika Allah mengizinkan saya memiliki anak kedua, saya bisa mendapatkan kondisi dan situasi yang mendukung saya untuk memberikan ASI eksklusif bagi adiknya Aqila :)

Sedikit pesan untuk ibu-ibu diluar sana, yang tidak bisa memberikan full ASI, jangan berkecil hati, masih banyak hal positif yang bisa kita berikan kepada anak kita untuk perkembangannya. Selain kasih sayang dan perhatian yang maksimal, asupan gizi dan nutrisi dari MPASI yang baik akan membantu anak kita untuk tetap tumbuh normal seperti bayi ASI. Dan bagi ibu-ibu yang alhamdulillah diberikan kesempatan oleh Allah untuk memberikan ASI eksklusif, jangan pernah men-judge yang buruk kepada ibu-ibu yang memberikan susu formula kepada bayi nya, karena kita tidak pernah tahu kondisi yang sebenar-benarnya dari masing-masing Ibu, mengapa pada akhirnya mereka memutuskan untuk memberikan tambahan susu formula.


Bagi saya, ASI masih selalu menjadi sebuah Misteri yang belum terpecahkan. Apa dan bagaimana dia sebenar-benarnya berproduksi dan kaitannya terhadap situasi dan kondisi Ibu?

Note: Apabia selalu patuh kepada orang tua, baik itu kandung dan juga mertua kita, insya Allah akan memberikan kita kemudahan dan rezeki yang baik dalam hidup kita. Saya sangat sayang dengan Bunda saya dan juga Mama mertua, apapun yang (pernah) terjadi. Karena mereka tahu yang terbaik untuk saya dan Aqila.

Tulisan ini adalah murni #curhatanIbuMuda yang masih harus terus belajar dan hanya ingin sedikit berbagi mengenai pentingnya mengetahui perbedaan golongan darah antara Ibu dan bayi yang baru saja dilahirkan. Yang senang boleh di share lagi, yang kurang senang, saya tunggu masukkannya, yang mau membantu mengajarkan saya boleh email-emailan di cika.sugeng@gmail.com :)

Ada satu link yg WAJIB di klik bagi seluruh Ibu-ibu tercinta diluar sana: http://ctworkingmoms.com/2013/06/11/end-the-mommy-wars-special-photo-edition Happy reading!

Monday, February 3, 2014

Belajar Menjadi Isteri yang Mandiri

Dulu, tidak pernah terpikir oleh saya bahwa ada sosok-sosok isteri yang 'terpaksa' harus ditinggal suami bekerja untuk tenggat waktu yang cukup lama, seperti misalnya isteri-isteri tentara.

Tetapi, setelah berkecimpung di dunia oil and gas, ditambah lagi dengan mendapat suami di bidang pekerjaan yang sama, saya menjadi tahu bahwa isteri dari pegawai Drilling atau pengeboran minyak darat (on-shore) maupun lepas pantai (offshore) juga kerap kali harus menghadapi tantangan yang sama dengan para isteri tentara yang pergi ke Medan perang.

Waktu awal pacaran dengan Mas Wawan sekitar tiga tahun yang lalu, saya sudah mulai merasakan indahnya "pacaran jarak jauh". Ketika itu, Mas Wawan bekerja di Pertamina EP dimana lokasi pengeborannya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Jadwal kerjanya pun berubah-ubah, terkadang dua minggu di lapangan, satu minggu off, tetapi kalau sedang kurang beruntung, Mas Wawan bisa saja berada di lokasi satu bulan penuh. Mungkin juga pernah lebih :D

Setelah menikah, saya juga harus menerima kenyataan yang sama, yaitu (mau tidak mau) harus ditinggal-tinggal. Pergi periksa hamil nyetir sendiri, keliling-keliling cari makanan ngidam sendiri, belanja bulanan sendiri, tidur sendiri :D, dan lain sebagainya selama dia tengah bekerja di lapangan. Semua sebisa mungkin saya kerjakan sendiri dengan mandiri dan semangat yang tinggi. Walaupun tidak jarang, ketika lelah, saya juga kerap kali mengeluh dan mellow-mellow nggak jelas.. *harap maklum hormon Ibu hamil* Tetapi selalu saya syukuri karena begitu OFF, Mas Wawan seperti membalas ketidakhadirannya selama dia bekerja, rajin mengantar jalan-jalan, makan, shopping, massage saya yang suka merasa pegal di kala malam, dan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan semua karena dikhawatirkan mejadi riya'.

Sesaat setelah Aqila dilahirkan, Mas Wawan diterima di VICO. Kami sedikit bernafas lega karena jadwal kerja yang sudah PASTI dua minggu kerja di lokasi, dua minggu off dirumah, tidak pernah ada extend schedule. Berita ini tentu menjadi berita bahagia mengingat Mas Wawan yang semakin tidak bisa lepas dari si kecil Aqila yang setiap hari terus bertumbuh besar dan bertambah kepintarannya.

Selang kurang lebih lima bulan dari VICO, ternyata Allah punya cerita lain lagi untuk keluarga kecil kita. Alhamdulillah Mas Wawan diterima di Chevron. Tetapi, ada tetapi nya, diterima di Chevron... DURI, yang berarti dia akan bekerja base disana, bukan base Jakarta seperti selama ini. Untuk yang mungkin kurang paham, kalau base Jakarta, pegawai akan dihitung berangkat ke lokasi dari Jakarta, dan akan kembali lagi ke Jakarta. Tetapi apabila base Duri, pegawai akan stay disana dan mendapatkan rumah tinggal (boleh membawa keluarga).

Sampai beberapa minggu setelah Mas Wawan diterima pun, saya masih belum paham benar didalam peta Indonesia, kota Duri itu tepatnya disebelah mana, hahaha bodohnya.. Yang saya tahu pasti, posisi nya didekat Pekanbaru. Walaupun kenyataannya banyak sekali saudara kandung dari pihak Bapak saya yang tinggal disana. Dan beberapa diantara nya bekerja di perusahaan yang sama dan tinggal di komplek yang sama juga. Tetapi belum pernah saya pergi berkunjung kesana.

Ketika saya menulis ini, besok adalah hari keberangkatan, atau hari pertama Mas Wawan bekerja di Chevron. Dia akan berangkat dengan menggunakan pesawat Chevron melalui bandara Halim. Dalam tiga bulan pertama masa probation, sepertinya tidak ada schedule untuk pulang ke Jakarta. Sebagai gantinya, mungkin saya akan berkunjung kesana.

Menjadi isteri dirumah mengurus anak dan rumah tangga tanpa sosok suami adalah hal yang tentu saja tidak mudah. Banyak hal atau peran suami yang harus kita gantikan selama dia sedang tidak dirumah. Tetapi sulit bukan berarti tidak bisa. Semangat yang tinggi, ikhlas dan sabar adalah kunci sukses untuk mendukung terus karir suami. Mengurus anak dan rumah yang ditinggalkan serta menjaga kehormatan diri sebagi istri selama mereka bekerja dengan baik, insya Allah bisa membantu produktivitas kerja mereka disana. Mereka akan merasa lebih tenang dan bisa lebih fokus pada pekerjaan dan karir nya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan dalam pekerjaan suami saya di lokasi, memberikan kesehatan dan melindungi nya dari segala mara bahaya dan niat buruk disekitarnya. Amin amin amin yra.

Isu Yang Meresahkan

  Isu Kemanusiaan Bikin Baper   Siswi SMP dipergoki sedang menerima panggilan pria hidung belang. Seorang anak tega membunuh ibunya ka...