Ibu, Ibu, Ibu

Lunch time hari ini, saya janjian dengan Mbak Putri, teman saya semasa kuliah S2 di Prasetiya Mulya Business School dulu. Kebetulan gedung kantor Mbak Putri PERSIS bersebelahan dengan gedung kantor saya. Kurang dari sebulan yang lalu, Mbak Putri baru saja kehilangan Ibu nya, yang meninggal karena sakit. Innalillahi wa innailaihi rojiun. Saat itu saya datang melayat ke rumah Mbak Putri di daerah Rempoa bersama beberapa teman sekelas dulu. Dan baru hari ini, setelah lewat beberapa minggu saya baru punya kesempatan untuk bertemu Mbak Putri lagi, yang biasa saya panggil MbaPud. Sebelumnya, kita sudah pernah beberapa kali janjian saat jam makan siang untuk sekedar ngobrol-ngobrol ringan seputar pekerjaan sampai mendengarkan cerita MbaPud selama masa perawatan almarhum Ibu nya di rumah sakit.

Hari ini, kita memilih resto Tosoto di gedung kantor MbaPud dengan menu sate ayam dan nasi putih PLUS Es Jeruk. Karena sebelumnya kita selalu ketemuan di gedung kantor saya. Seperti sudah pasti akan tau apa topik pembicaranya, dan antara siap atau tidak siap -karena saya adalah tipe yang cenderung melankolis, cengeng, sensitif dan gampang nangis kalau biacara soal IBU- toh akhirnya kita mulai ngobrol lagi tentang almarhum Ibu MbaPud semasa sakit sampai akhirnya meninggal dunia di pagi hari itu. Sesekali air mata MbaPud berlinang, saya pun tidak kuasa menahan air mata mendengar cerita nya dan membuat saya jadi teringat dengan Ibu saya. Sesekali MbaPud mengambil tissue yang disediakan resto karena tidak kuat menahan air mata nya.

Jujur saja, sebelum menjadi Ibu dari seorang anak, saya selalu mellow dengan hal yang berkaitan dengan Ibu. Apalagi setelah saya sudah punya anak. Walaupun mungkin apa yang saya lakukan hingga saat ini baru seper-seratu-ribu-juta dari total perjuangan seorang Ibu yang sesungguhnya. Saat saya datang melayat ke rumah MbaPud, saya sengaja melihat almarhum Ibu MbaPud sesudah dimandikan saat sedang dikafani. Saya tau benar saya tidak akan kuat melihatnya, tetapi saya paksakan. Saya ingin kembali mengingatkan diri saya, bahwa suatu saat kita akan berpisah dengan Ibu kita, dan dalam hitungan waktu duniawi, waktu kita begitu sedikit untuk membalaskan semua kebaikan mereka semasa hidup kita.

Makan siang kami pun dihiasi dengan cerita haru diselingi tawa kecil. Saya tahu benar bagaimana perjuangan MbaPud menemani dan mengurus alhmarhum Ibu nya di rumah sakit semasa perawatan. Rute Cilandak-Bintaro (RS Int'l Bintaro), Cilandak-Slipi (RS Dharmais) dengan kemacetan Jakarta yang diluar akal sehat, seperti sudah menjadi menu sehari-hari MbaPud sepulang kerja. Tapi alhamdulillah, almarhum Ibu pergi dengan tenang dan tersenyum. Terdengar kabar bahwa semasa sakitnya, Ibu nya sering bercerita kepada saudara dekat dan teman-temannya saat mereka menjenguk, bahwa yang mengurus dia semasa sakitnya adalah Putri, dan almarhum juga sempat mengucapkan menitipkan Putri kepada mereka.

Pelajaran hari ini, cintailah Ibu, patuhilah nasihatnya, uruslah dia semaksimal mungkin yang kita bisa, pahamilah mereka. Waktu kita tidak banyak. Jangan pernah sia-sia kan mereka. Curahkanlah cinta, kasih sayang dan perhatian kita untuk mereka. Sempatkanlah untuk menelpon mereka ditengah kesibukan kita. Doakan mereka setiap saat. Percayalah, bahwa mereka selalu mendoakan kita jauhhhhh lebih banyak setiap hari nya.

Comments

Popular Posts