Thursday, February 6, 2014

Misteri #ASI



Perkembangan teknologi yang begitu pesat menciptakan banyak penemuan/teori baru yang canggih dalam bidang kedokteran maupun kesehatan masyarakat. Penelitian demi penelitian dilakukan oleh para ahli untuk terus menggali ilmu baru yang berkaitan dengan kesehatan manusia demi melawan kondisi lingkungan, udara, air yang justru semakin hari kian memburuk. Termasuk diantaranya perkembangan ilmu bidang kesehatan reproduksi, kandungan dan kelanjutannya dengan perkembangan ilmu tumbuh kembang bayi.

Pemberian ASI eksklusif sampai dengan enam bulan pertama dan pemberian ASI sampai dengan 24 bulan pun belakangan ini menjadi buah bibir di kalangan ibu-ibu muda masa kini yang semakin cerdas dan melek teknologi. Ratusan konsultan laktasi bergiat mengkampanyekan pentingnya pemberian ASI ekslusif didukung dengan ribuan artikel di internet tentang teknik pemberian ASI hingga teknik penyimpanan ASI Perah atau yang lebih dikenal dengan istilah ASIP. Kalimat-kalimat seperti "Full ASI nggak?" "Pakai pompa apa?" "Sekali mompa dapet berapa?" "Nyimpennya pakai botol kaca atau plastik ASIP?" sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pun juga foto-foto ASIP dan stock ASIP di kulkas yang diunggah ke social media Instagram atau Path yang sudah menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari.

Sebuah organisasi pendukung gerakan ASI ekslusif pun didirikan oleh beberapa Ibu-ibu muda yang tidak hanya keren, cantik tapi juga smart. Siapa yang tidak kenal dengan AIMI? Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Saya pertama kali mengenalnya saat tengah menyelesaikan studi S2 saya di Prasetiya Mulya Business School. Cesiorina atau yang lebih akrab dipanggil dengan Ori, sahabat saya semasa kuliah, adalah salah satu dari pengurus organisasi tersebut. Sebagai tambahan, Kakak dari Ori, yaitu Kak Cessy, bahkan adalah salah satu konsultan hebat di AIMI. Luar biasa mengingat tidak sembarang orang bisa menjadi konsultan ilmu ASI atau istilahnya Laktasi.

Hampir selama dua tahun, Ori banyak bercerita tentang ASI kepada saya dan Dita -sahabat saya yg lainnya- yang saat itu dua-duanya masih 'ehem' Gadis :D Ori kerap bercerita mengenai pentingnya ASI, cara memberikannya, pompa-memompa, penyimpanan di kulkas, tentang kegiatan AIMI, dsb yang saat itu masih terasa asing di telinga saya dan Dita. Namun entah mengapa, karena saya melihatnya sebagai sesuatu yang menarik, cerita Ori begitu tertanam dalam benak saya. Sehingga timbullah semangat yang membara, "YA, SAYA AKAN MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF 2 TAHUN KEPADA ANAK SAYA KELAK SEPERTI HALNYA ORI!!"

Waktu terus berjalan... Kami lulus dari studi S2 kami dan resmi menyandang gelar Magister Manajemen. Masing-masing dari kami kemudian melanjutkan hidup dan karir masing-masing. Dita bekerja di Tripatra, perusahan Engineering lokal berskala internasional, Ori kemudian bekerja di Savana Furniture, merek furnitur lokal berkualitas internasional dan saya join ke The Body Shop Indonesia pada saat itu. Selang sekitar 6 bulan dari wisuda S2, Mas Wawan melamar saya dan kemudian kami menikah bulan Oktober tahun 2012.

Semangat memberikan ASI eksklusif 'hasil doktrin-an' dari Ori masih terus membara dalam diri saya. Hingga memasuki bulan ke-8 kehamilan saya pun sibuk berbelanja keperluan ASI mulai dari pompa yang bagus -manual dan elektrik-, botol kaca, plastik ASIP, breast pad, bottle sterilizer, dot, bottle warmer, breast shell, dsb. Hingga menunggu hari-H kelahiran, semua 'senjata ASI eksklusif' sudah ditangan saya.
Peralatan perang persiapan ASI ekslusif saat itu. Semua dari Medela, Avent dan Dr. Brown.

Pada hari Rabu, 19 Juni 2013 -tiga minggu lebih cepat dari prediksi Dokter Kandungan saya- Aqila lahir di RS International Bintaro dengan proses kelahiran normal dengan induksi dalam 2x tanpa ILA atau epidural lainnya. Dengan berat 3,005 gram dan panjang 15 kilogram, alhamdulillah Aqila lahir dengan sehat dan lengkap. Kami pun pulang dari rumah sakit dengan catatan bilirubin normal yaitu delapan. Hingga satu minggu setelah kelahiran, saat pengecekkan bilirubin, menunjukkan angka 20, Aqila dinyatakan kuning dan harus segera di opname untuk menurunkan bilirubin nya. Hal ini konon dipicu oleh golongan darah Ibu yang berbeda dengan bayi sehingga rentan membuat bilirubin menjadi tinggi. Untuk catatan para Ibu, penting untuk mengentahui golongan darah bayi sebelum pulang dari rumah sakit, dan harus diwaspadai apabila berbeda dengan Ibu nya.
Foto Aqila baru lahir di RS Int'l Bintaro

Sebagai Ibu muda saya pun sangat panik dan bersama dengan Mas Wawan saat itu langsung mencoba menyiapkan opname Aqila. Sangat disayangkan saat itu alat sinar di rumah sakit Bintaro sedang dipakai semua dan mereka mencoba menyarankan kami untuk pindah rumah sakit. RSPI pun menjadi pilihan kami. Hari itu juga, kami bawa Aqila ke UGD RSPI agar mendapat penanganan yang lebih cepat. Dan benar saja, masih tersisa satu alat lagi untuk sinar. Hasil pengecekkan di RSPI menyarankan kami agar Aqila disinar dengan triple light atau tiga sinar sekaligus. Hati saya pun sangat sedih dan miris mendengarnya. Saya memilih menggunakan kamar opname sendiri dimana bayi didalam kamar opname dan saya bisa ikut menginap disana agar setiap saat dapat mengawasi perkembangan Aqila. Setelah melalui proses administrasi yang cukup panjang, akhirnya Aqila masuk kedalam kamar. Hanya dengan menggunakan popok, Aqila dimasukkan kedalam box dan disinari dengan 3 sinar sekaligus. Sekilas dirasa oleh tangan orang dewasa, sinar itu tidak begitu panas, tetapi bagi seorang bayi berusia satu minggu dengan kulit yang begitu tipis tanpa sehelai benang pun menutupi, saya yakin sinar itu terasa cukup panas bagi Aqila.

Dokter anak jaga hari itu pun kemudian menyarankan saya untuk memberikan tambahan susu formula untuk Aqila agar bilirubin nya segera turun, karena bilirubin yang tinggi dan terus menerus dapat membahayakan otak nya. Saya yang saat itu masih 'keukeuh' memberikan ASI eksklusif pun kemudian luluh dan menangis sesenggukan dikamar, meratapi kenyataan bahwa mau tidak mau Aqila harus diberikan asupan susu formula. Tetapi Mas Wawan merangkul saya dan meyakinkan bahwa itu semua demi kebaikan Aqila. Saya tidak berhenti menangis saat itu.

Sambil memandangi tubuhnya yang mungil dan kering terpapar sinar dari lampu-lampu biru itu, saya masih selalu menyempatkan diri untuk memompa ASI sebanyak-banyaknya hanya agar ASI tetap mendominasi cairan yang masuk ditubuhnya -selain susu formula sebagai tambahan. Sayur daun katuk dan bubur kacang hijau buatan Ibu Mertua yang dikirimkan ke rumah sakit setiap pagi menjadi makanan utama saya hingga terasa hambar karena hanya selalu menu itu yang paling banyak masuk ke tubuh saya. Konon sayur katuk dan kacang hijau dapat menambah volume ASI dan kandungannya juga bagus. Terlepas dari benar atau tidaknya saya mencoba menurut demi Aqila.

Hari demi hari, angka bilirubin Aqila pun semakin mengecil walau harus dibarengi dengan kulit nya yang terkelupas karena panas terjemur sinar berhari-hari. Alhamdulillah, setelah kurang lebih empat hari di rumah sakit, Aqila boleh dibawa pulang. Saya pun kembali ceria. Sesampainya di rumah, pemberian susu formula pun sempat dihentikan karena saya masih 'keukeuh' untuk kembali memberikan ASI eksklusif. Saya masih terus beradaptasi memiliki bayi baru, dengan segala macam cara merawat nya yang -saya pikir saat itu- terbaik yang bisa saya lakukan. Aqila dijemur didepan rumah setiap pagi, walaupun saya sempat kecil hati karena seringkali matahari tidak memberikan cahaya nya, mendung menghiasi langit Jakarta.
Aqila usia 1 minggu saat dirawat dengan triple led di RSPI. Hanya menggunakan popok dan penutup mata.

Kurang lebih empat hari setelah Aqila kembali dari rumah sakit, Mas Wawan pun mendapat perintah untuk berangkat ke lokasi seperti biasa. Tinggallah saya dirumah bersama Ibu dan Bapak mertua yang menemani. Sebagai Ibu baru yang minim informasi, ditambah dengan hormon pasca melahirkan yang tak menentu, PLUS suami yang tidak mendampingi membuat saya sangat kikuk dan cukup panik saat itu. Konflik dengan Ibu mertua mengenai cara merawat dan membesarkan bayi pun tidak bisa dihindari. Saya tidak pernah menyalahkan Ibu mertua saya, bagaimana pun, seorang Ibu akan memberikan yang terbaik untuk anak dan cucu pertama kesayangannya. Tetapi kondisi saya saat itu, dengan mood yang naik-turun bak roller coaster tidak jarang membuat kami berselisih paham dan saya pun merasa sedih dan menangis. 40 hari pertama harus saya habiskan dirumah mengikuti ritual orang tua jaman dulu yang melarang ibu dan bayi baru untuk keluar rumah terkecuali untuk pergi imunisasi ke rumah sakit. Saya tau, Ibu mertua saya menerapkan itu demi pemulihan saya pasca melahirkan dan kondisi kesehatan Aqila yang harus terus dijaga.

Konon katanya, apabila kita merasa sedih dan tertekan, hal ini akan berpengaruh signifikan pada jumlah produksi ASI di tubuh kita. Dan terbukti saat itu, hasil pompa saya dirumah hanya berkisar 20-40 cc. Bahkan pernah suatu kali, dalam kesedihan saya yang teramat sangat, saya memompa payudara (PD) saya, dan ASI tidak keluar sama sekali. Kondisi yang terus berlanjut ini, akhirnya membuat orang-orang disekitar saya seperti mertua dan Ibu kandung saya sendiri menyarankan agar Aqila diberikan tambahan susu formula agar lebih kenyang. "Kasihan Aqila.." begitu kata mereka. Saya pun akhirnya goyah, "Apa benar begitu..?" dan sebagai anak yang menurut kepada orang tua, saya pun akhirnya mengikuti saran mereka dengan "Bismillah. Ya Allah maafkan saya, bukan saya bermaksud jahat kepada Aqila, saya pantang melawan orang tua, semoga Allah mengerti maksud hati saya, lindungilah selalu Aqila, kesehatannya adalah segala-galanya bagi saya."

Aqila kembali mengkonsumsi susu formula sebagai tambahan walau tetap ASI saya mendominasi cairan yang masuk ke tubuhnya. Mungkin memang benar kata orang (yang konon didasari hasil penelitian) karena mendapat tambahan susu formula, produksi ASI saya pun tidak banyak, dipompa hanya kisaran 50 cc maksimum 70 cc padahal sekali minum, Aqila bisa menghabiskan sebanyak 100cc saat itu. Sehingga hasil pompa yang saya simpan di kulkas untuk stock ASIP selama bekerja pun seringkali habis. Saya pun menjadi sedikit kecil hati dan sedih seolah berpikir "Ya Allah, mengapa saya tidak bisa memberikan yang terbaik untuk Aqila?" Dukungan positif pun terus berdatangan dari sabahat-sahabat terdekat yang sangat pengertian, mereka meyakinkan saya, bahwa dalam kondisi saya, memberikan Aqila tambahan susu formula bukan berarti saya adalah Ibu yang jahat.

Tiga bulan pasca melahirkan saya harus kembali bekerja karena cuti sudah habis. Beberapa minggu sebelum kembali bekerja, saya pergi ke ACE Hardware untuk membeli tas Igloo dan ice pack untuk persiapan membawa pulang ASI yang saya perah selama dikantor. Saya pompa ASI tiga kali sehari, saya pompa dikamar mandi karena kantor tidak punya fasilitas ruangan untuk memompa ASI. Saya hanya mendapat kurang lebih 400cc/hari yang (again) selalu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minum Aqila. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah ASIP yang saya bawa pulang pun semakin sedikit. Saya pun kembali sedih dan merasa berdosa. Kembali lagi, teman-teman dikantor yang sudah lebih dulu punya bayi, menguatkan diri saya. Beberapa dari mereka juga 'terpaksa' harus membuang perasaan egois dan memberikan tambahan susu formula bagi bayi mereka yang ditinggal dirumah.

Hingga saya menulis blog ini, Aqila sudah berusia kurang lebih tujuh bulan memasuki delapan bulan dan sudah mulai makan pendamping ASI atau istilahnya MPASI. Alhamdulillah setiap hari saya masih bisa membawa pulang ASI walau hanya sedikit sekali 100-150 cc. Aqila masih mendapat tambahan susu formula, yang saya pilih yang terbaik menurut saya dan suami saya. Dan alhamdulillah juga, Aqila cukup kuat dan tidak sering sakit seperti yang orang-orang bilang biasanya akan dialami anak-anak yang minum susu formula. Semoga Aqila selalu sehat. Itulah yang terpenting.

Tidak jarang, orang lain sangat menyayangkan dan bahkan mencibir Ibu-ibu yang memberikan susu formula kepada bayi nya. Hati saya miris mendengarnya. Ingin rasanya saya bilang "Semua Ibu, apabila punya kondisi dan kesempatan yang sama, PASTI PASTI PASTI sangat ingin memberikan ASI eksklusif untuk buah hatinya. Tetapi satu hal yang perlu diingat, karena situasi dan kondisi yang terdesak, memberikan bayi tambahan susu formula juga BUKAN AKHIR DARI SEGALANYA."

Saya hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, agar kelak jika Allah mengizinkan saya memiliki anak kedua, saya bisa mendapatkan kondisi dan situasi yang mendukung saya untuk memberikan ASI eksklusif bagi adiknya Aqila :)

Sedikit pesan untuk ibu-ibu diluar sana, yang tidak bisa memberikan full ASI, jangan berkecil hati, masih banyak hal positif yang bisa kita berikan kepada anak kita untuk perkembangannya. Selain kasih sayang dan perhatian yang maksimal, asupan gizi dan nutrisi dari MPASI yang baik akan membantu anak kita untuk tetap tumbuh normal seperti bayi ASI. Dan bagi ibu-ibu yang alhamdulillah diberikan kesempatan oleh Allah untuk memberikan ASI eksklusif, jangan pernah men-judge yang buruk kepada ibu-ibu yang memberikan susu formula kepada bayi nya, karena kita tidak pernah tahu kondisi yang sebenar-benarnya dari masing-masing Ibu, mengapa pada akhirnya mereka memutuskan untuk memberikan tambahan susu formula.


Bagi saya, ASI masih selalu menjadi sebuah Misteri yang belum terpecahkan. Apa dan bagaimana dia sebenar-benarnya berproduksi dan kaitannya terhadap situasi dan kondisi Ibu?

Note: Apabia selalu patuh kepada orang tua, baik itu kandung dan juga mertua kita, insya Allah akan memberikan kita kemudahan dan rezeki yang baik dalam hidup kita. Saya sangat sayang dengan Bunda saya dan juga Mama mertua, apapun yang (pernah) terjadi. Karena mereka tahu yang terbaik untuk saya dan Aqila.

Tulisan ini adalah murni #curhatanIbuMuda yang masih harus terus belajar dan hanya ingin sedikit berbagi mengenai pentingnya mengetahui perbedaan golongan darah antara Ibu dan bayi yang baru saja dilahirkan. Yang senang boleh di share lagi, yang kurang senang, saya tunggu masukkannya, yang mau membantu mengajarkan saya boleh email-emailan di cika.sugeng@gmail.com :)

Ada satu link yg WAJIB di klik bagi seluruh Ibu-ibu tercinta diluar sana: http://ctworkingmoms.com/2013/06/11/end-the-mommy-wars-special-photo-edition Happy reading!

No comments:

Post a Comment

Isu Yang Meresahkan

  Isu Kemanusiaan Bikin Baper   Siswi SMP dipergoki sedang menerima panggilan pria hidung belang. Seorang anak tega membunuh ibunya ka...